Ummi Kembangkan Potensi Wisata Karangpara Desa Kebonmanggu

Mahasiswa Prodi Sastra Inggris UMMI
Mahasiswa Prodi Sastra Inggris membeikan pelatihan Bahasa Inggris kepada pengelola wisata Karangpara

SUKABUMI— Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) mengembangkan wisata Karangpara yang berada di kawasan Desa Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gungguruh, Kabupaten Sukabumi.

Pengembangan ini dilakukan melalui program Matching Fund-Kedaireka. Pelaksanaannya sendiri dilaksanakan selama lima bulan mulai dari Agustus hingga Desember 2021.

Bacaan Lainnya

Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta atau Kedaireka, merupakan program bentukan kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) yang berfokus pada kolaborasi akademisi dengan dunia usaha dunia industri (DUDI) dalam mengembangkan pergerakan ekonomi yang berkelanjutan.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UMMI, Erik Candra Pertala mengatakan, kegiatan pengembangan wisata Karangpara berfokus pada tiga aspek Pengembangan objek wisata terpadu, meliputi penyusunan Feasibility Study, Perancangan Model Pengembangan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola dan Masyarakat Sekitar.

“Kami memastikan kegiatan ini mengarah kepada pergerakan berbasis social empowering. Dimana masyarakat sekitar adalah subjek utama dari perkembangan potensi daerahnya, bukannya malah menjadi objek, atau hanya menjadi penonton saja,” terang Erick.

UMMI
Kegiatan pelatihan wahana mini rock climbing di Wisata Karangpara.

Dikatakannya, banyak potensi masyarakat yang bisa digali dan dioptimalkan melalui pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang diadakan meliputi bidang pelayanan, operasional pengelola dan penggunaan wahana wisata.

Semua kegiatan pelatihan dikhususkan untuk para pengelola objek wisata Karangpara. Di sisi lain, disusun pula seluruh rancangan model pengembangan objek wisata, sebagai acuan dalam pengembangan ke depannya.

Objek wisata Karangpara sendiri ditopang oleh potensi masyarakat sekitar yang juga terlibat dalam pengembangannya secara tidak langsung.

Maka dari itu, selain berfokus pada tiga kegiatan awal, dilakukan juga inventarisasi budaya dan inventarisasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dilaksanakan masyarakat.

Hal ini dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan dampak yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan hadirnya objek wisata tersebut.

Terutama dalam peningkatan kesejahteraannya.

“Dalam setiap kegiatan, kami selalu membuka ruang diskusi terlebih dahulu dengan mereka (pengelola). Agar setiap pelatihan yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan,” pungkas Erick yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Sastra Inggris UMMI ini. (wdy)

UMMI
Warga saat sedang membuat properti lahan untuk glamping

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *