Johan Sukweenadhi, Dosen Berprestasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII

SETIAP HARI DATANG: Johan di Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory Universitas Surabaya, Selasa (16/7).

RADARSUKABUMI.com – Johan Sukweenadhi percaya tanaman juga membutuhkan ’’imunisasi’’ untuk meningkatkan sistem pertahanan terhadap beragam kondisi. Salah satu bentuk imunisasinya, interaksi bakteri baik dengan tanaman.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI

JOHAN Sukweenadhi terlihat sibuk dengan aktivitasnya di Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory Universitas Surabaya (Ubaya), Selasa (16/7). Dosen fakultas teknobiologi itu mengecek secara detail kondisi pertumbuhan akar ginseng dengan sistem bioreaktor kultur jaringan tanaman.

”Di usia tujuh minggu, akar ginseng ini sudah bisa dipanen. Bobotnya setara dengan ginseng yang dipanen empat tahun masa tanam konvensional,” kata Johan sembari mengontrol proses inkubasi kultur jaringan akar ginseng dengan media air tersebut.

Sebagai ketua peneliti di Kalbe Ubaya Hanbang-Bio Laboratory, Johan memang harus selalu mengontrol aktivitas di la boratorium kultur jaringan itu
setiap hari.

Dalam sehari, pria 29 tahun tersebut bisa menghabiskan 2–3 jam di laboratorium. Johan juga banyak terlibat dalam penelitian-penelitian pada tanaman
ginseng. Salah satu penelitiannya mengenai interaksi bakteri baik dengan tanaman ginseng. Penelitian yang dilakukan saat menempuh pendidikan doktor

di Kyung Hee University, Korea Selatan, itu pun berlanjut hingga sekarang. Media tanamannya pun berbeda. Yakni, tanaman padi merah di Tabanan, Bali.

Berkat hasil-hasil penelitian tersebut, Johan pun mendapatkan penghargaan sebagai peringkat kedua dosen berprestasi oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII.

Johan mengatakan bahwa ginseng merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di Korea Selatan. Namun, dalam masa tumbuhnya, banyak
kendala. Kadang usia tanaman ginseng 1–2 tahun sudah dalam kondisi stres dan tidak bisa tumbuh. Hal itu disebabkan kurangnya sistem pertahanan
pada tanaman ginseng sehingga menghambat pertumbuhan sampai masa panen. ’’Dari situlah, saya berpikir cara untuk menambah pertahanan agar ginseng bisa tumbuh sehat,’’ ujarnya.

Penelitian pun dilakukan sejak akhir 2012 hingga 2017. Yang digunakan dalam penelitian adalah arabidopsis, tanaman yang paling sesuai untuk menjadi

model studi perkembangan tanaman. Yakni, ginseng. Johan pun berupaya mencari solusi untuk meningkatkan pertahanan ginseng dengan konsep
budi daya secara konvensional seperti yang dilakukan petani di Korea Selatan. Salah satu caranya, dengan ’’imunisasi’’ tanaman sejak awal.
“Seperti manusia, sejak bayi sudah harus diimunisasi. Tanaman sejak bibit awal perlu ’diimunisasi’,’’ katanya.

’’Imunisasi’’ yang dimaksud ialah memberikan bakteri baik kepada tanaman. Johan menjelaskan, asal bakteri baik yang diberikan tersebut bisa berinteraksi dengan tanaman, pertum buhannya akan jauh lebih baik. ’’Saya meneliti respons tanaman saat diberi bakteri baik yang diambil dari tanaman itu sendiri,’’ jelasnya.

Johan menyatakan, bakteri baik yang diambil dari tanaman ginseng tersebut diberikan pada tahap pembibitan atau tunas. Kemudian, satu tahun awal, bakteri baik diberikan setiap kali irigasi. ’’Hasilnya, akar ginseng tumbuh lebih sehat dan memiliki bobot lebih besar. Pada ginseng yang berusia 2 tahun, rasio terkena penyakit lebih rendah,’’ ujarnya.

Menurut dia, bakteri baik pada tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dapat direspons tanaman untuk meningkatkan sistem pertahanan. Karena itu,
ketika bakteri baik tersebut diberikan pada tanaman sejak awal, dapat mengurangi risiko gagal panen.

(*/c20/tia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *