SUKABUMI— Lembaga Kursus dan Pelatihan (LPK) Sangkuriang Maritim Hotel Institute Sukabumi, Senin (4/6) meluluskan 50 peserta yang telah mengikuti kegiatan program Upgrading Skills Hospitality yang telah dilaksanakan selama 25 hari mulai dari 2 Mei hingga 4 Juni 2018. Puluhan peserta ini sudah siap untuk dilepas ke luar negeri sebagai tenaga kerja profesional di bidang perhotal dan kapal pesiar.
Pimpinan Sangkuriang Maritim Hotel Institute Sukabumi Nirmala Dewi Anggraeni mengaku lega sekaligus bangga anak didiknya bisa lulus setelah mengikuti proses upgrading skill dengan pengawalan ketat dan tentunya melalui proses yang cukup panjang. Apalagi kegiatan ini merupakan kerjasama dengan BNP2TKI
“Kegiatan ini buka program main-main, karena kita juga bekerjasama dengan BNBP2TKi untuk melaksanakan pelatihan untuk mencetak lulusan siswa yang siap bekerja dengan profesional,” ucapnya.
Lanjut ia menambahkan kegiatan program Upgrading Skills Hospitality ini bertujuan meningkatkan kualitas kompetensi calon pekerja migran Indonesia, terutama di masalah kemampuan berbahasa Inggris. Bukan tanpa alasan untuk bisa bekerja di luar negeri tentunya benar-benar dibutuhkan tenaga kerja yang profesianal. Baik dalam skill bahasa dan praktik kerjanya di lapangan nanti.
Untuk itu ia pun berharap kegiatan pelatihan ini betul-betul bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta.
“Setelah lulus mereka kita berikan sertifikat dan pemberian Kartu Indonesia Terampil dan kita juga memberikan penghargaan kepada empat siswa berprestasi,” tuturnya.
Menurutnya kegiatan Upgrading skill ini sangat bermanfaat bagi siswa karena bisa meningkatkan kompetensi calon migran Indonesia dan juga dapat mengungari angka pengangguran di indonesia, Sukabumi khususnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Direktorat Pemetaan Potensi BNP2TKI Edison mengatakan program pelatihan ini merupakan kegiatan sudah dilakukan BNP2TKI beberapa kali.
“Sejak 2017 untuk pengiriman tenaga kerja untuk pembantu rumah tangga diberhentikan, kita mulai fokus untuk membuat program pelatihan yang menyasar pada tenaga kerja yang profesional dan lebih formal seperti kepada buruh pabrik, perawat dan kapal pesiar,” ucapnya.
Menurutnya dengan melatih calon migran untuk bekerja di tempat formal lebih aman dibandingkan dengan mengirimkan tenagsa kerja untuk pembantu rumah tangga.
” Kalau untuk ke tempat kerja formal seperti pabrik merekan jam kerjanya ada dan dia bisa menjaga dirinya kalau PRT itu tingkat kerawannya tinggi mereka tidak bisa melindungi dirinya sendiri karena berada di rumah itu akhiurnya banyak kejadian kasus kekerasan terhadap pembantu rumah tangga,” terangnya.
Edison pun berharap dengan adanya pelatihan ini calon migran bisa mendapat kerja di luar negeri. (wdy)