Menjaga Muka dari Piala Liga,, Liverpool vs Chelsea

LIVERPOOL – Juergen Klopp harus belajar dari musim lalu. Terlalu konfiden mengejar gelar di Premier League dan Liga Champions, Klopp melupakan arti Piala Liga. Liverpool tersingkir langsung dari putaran ketiga Piala Liga. Begitu meremehkannya, dia lebih memilih skuad anak mudanya.

Dengan kekuatan itu, The Reds langsung disingkirkan Leicester City dari putaran ketiga setelah takluk 0-2 di King Power Stadium, Leicester. Apesnya, lemari trofi Melwood malah tak kedatangan satu pun trofi di akhir musim. Nah, beranikah Klopp mengulanginya? Pada putaran ketiga musim ini, Chelsea yang mengujinya di Anfield, Liverpool, dini hari nanti WIB.

Kebetulan, dua klub ini masih belum terkalahkan musim ini. Jordan Henderson dkk pun masih 100 persen menang. Sementara, The Blues baru sekali tertahan pada Matchweek ke-6, di London Stadium, London, atas West Ham 0-0 (23/9). ”Dengan Piala Liga, Piala FA, dan Eropa, kami tak bisa berharap pada semuanya.

Karenanya mustahil kali ini kami melepasnya,” ungkap Klopp, kepada Liverpool Echo. Ya, musim ini Klopp memang harus menjaga mukanya. Dengan pengeluaran belanjanya di angka GBP 168,25 juta (Rp 3,3 triliun), bukan lagi final tiga turnamen yang harus digapai di musim ini. Seperti Klopp yang selalu jadi runner up di Piala Liga dan Liga Europa 2015-2016, plus finalis Liga Champions musim lalu.

Artinya, minimal harus ada satu trofi yang datang musim ini. Di Piala Liga ini yang bisa jadi harapannya. ”(Liverpool juara) selalu dibahas banyak orang, saya tak tahu kenapa. Padahal (Manchester) City lebih berpengalaman (juara Premier League dan Piala Liga musim lalu), dan mereka (Chelsea) juga pernah melakukannya,” tutur der trainer 51 tahun itu.

Ini tantangan Klopp. Musim ini dari 10 hari Liverpool harus main empat kali dalam tiga ajang berbeda. Sekali di Liga Champions (lawan Paris Saint-Germain, 19/9), lalu dua kali main di Premier League (Southampton 22/9 dan Chelsea akhir pekan ini, 29/9). Ditambah Piala Liga. ”Ini susahnya Premier League, dan kami sudah belajar,” tambahnya.

Berbicara dalam situs resmi klub, gelandang Liverpool Giorgino Wijnaldum melihat apa yang terjadi di London Stadium, London, markas West Ham akhir pekan lalu (23/9). Chelsea di laga itu tertahan tanpa gol untuk kali pertama. Sukses Manuel Pellegrini -arsitek West Ham- di dalam mengeblok permainan Sarri-ball ala Sarri jadi panduannya.

”Tetap tenang, konfiden dan menjaga konsentrasi,” harap gelandang yang berkebangsaan Belanda itu. Apalagi, Maurizio Sarri -allenatore Chelsea- kemungkinan merotasi skuadnya. Tak ada Eden Hazard, Marcos Alonso, Jorginho, atau N’Golo Kante. ”Siapapun pemainnya, Chelsea akan memberi kami 90 menit yang terjal,” klaim Gini, sapaan akrabnya.

Pelajaran dari West Ham pun sudah dianggap Gary Cahill dkk sebagai pengingat, musim ini takkan mudah bagi mereka menggapai gelar. Baik di domestik atau di Liga Europa. Dilansir Tuttomercatoweb Sarri lebih melihat Klopp dan armada Liverpool-nya lebih dalam dari timnya. ”Kami menghadapi klub dengan pelatih yang sama dalam tiga musim,” sebut Mister 33, julukan Sarri.

Sama seperti Klopp, mantan pelatih Napoli musim lalu itu tak berani membongkar skuad asuhannya lebih dari 80 persen. ”Akankah kami mengganti ke-11 pemain kami? Saya rasa tidak begitu. Saya sudah punya ide untuk itu, mungkin cuma lima pemain yang akan saya ganti,” kata Sarri. Semasa di San Paolo, tak satu pun gelar juara yang diberikannya.

 

(ren)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *