Luky menjelaskan, turunnya porsi asing membuat kekhawatiran pemerintah menurun jika nantinya ada gejolak di pasar keuangan global. Selama ini, Indonesia selalu mendapat imbas apabila gejolak terjadi.
“Jadi, kalau dolar (USD) makin sedikit, kita mengurangi eksposur kita dari risiko mata uang. Ke depan, kami ingin menurunkan currency risk,” jelasnya.
Pemerintah dan DPR dalam UU APBN 2022 menyepakati pendapatan negara ditargetkan senilai Rp 1.846,1 triliun, sementara belanjanya Rp 2.714,1 triliun. Dengan angka tersebut, defisit APBN 2022 direncanakan senilai Rp 868,0 triliun atau 4,85 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).