Mancing Ikan di Sungai, Malah Buaya Yang Didapat

Tidak seperti biasanya, Yuliadi yang hobi mancing itu terkaget-kaget saat menarik joran pancingnya. Pasalnya, bukan ikan yang ia dapat, melainkan seekor buaya sepanjang tubuh orang dewasa.

Pria berumur 36 tahun yang dikenal sebaga warga Desa Bangkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang itu memilih menyerahkan buaya tangkapannya ke Markas komando (Mako) Ditpolair Polda Kalimantan Tengah (Kalteng) dan kini ditangani BKSDA Kotim.

Yuliadi yang saat itu tengah asyik memancing mengaku awalnya biasa saja karena dirinya sering melihat kemunculan buaya daerahnya. Namun, kali ini ia dibuat kaget ketika buaya tersebut ternyata menyambar umpannya.

Melihat umpan terputus, Yuliadi yang penasaran kembali mengambil alat pancing yang kedua untuk memancing buaya tersebut. Tak berselang lama, pancingan itu berhasil. Buaya muara itu terjerat lantaran tali umpan yang dipasangnya lebih kuat dibanding sebelumnya.

Saking paniknya telah menangkap buaya, Yuliadi langsung meminta bantuan ayah mertuanya untuk mengangkat buaya.

”Awalnya tidak ada niat memancing buaya. Niatnya memang ingin mencari ikan. Namun, ada buaya yang muncul di sekitar sungai. Umpan saya malah disambar buaya,” ujar Yuliadi sebagaimana dikutip dari Prokal (Jawa Pos Group).

Warga pun langsung heboh dengan tangkapan Yuliadi. Mereka berdatangan menuju lanting yang jaraknya dekat dengan rumah Yuliadi. Beberapa di antaranya ikut membantu mengangkat buaya muara tersebut, kemudian melaporkannya ke kepolisian setempat.

”Saat kami tangkap buaya itu, kami juga harus lebih hati-hati karena takut melukai buaya itu sendiri. (Proses penangkapan) lumayan lama, sekitar kurang lebih 30 menit kami berusaha mengangkat buaya tersebut,” ujarnya.

Direktur Polair Polda Kalteng Kombes Pol Badarudin mengatakan, pihaknya selalu memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di pinggir sungai di waktu buaya sering muncul. Dia meminta kepada masyarakat, apabila menemukan atau menangkap buaya agar tidak melukai atau membunuh hewan tersebut.

”Karena ini hewan atau reptil yang dilindungi, warga yang berhasil menemukan buaya tersebut menyerahkannya kepada kami,” katanya.

Menurutnya, kemunculan buaya ke permukaan sungai tahun ini sering terjadi. Dari penelusuran pihaknya, di sekitar sungai itu ada rawa-rawa atau kanal kecil yang dibangun oleh pihak tertentu. Anak buaya di sekitar rawa itu keluar melalui kanal tersebut dan bergerak menuju Sungai Mentaya.

Selain itu, lanjutnya, buaya sering muncul juga disebabkan warga yang berada dekat Sungai Mentaya, sering membuang sisa daging atau makanan yang disukai hewan buas tersebut.

Karena itu, dia meminta warga sekitar agar tidak terlalu sering membuang sisa makanan atau isi perut ikan dan daging ayam ke sungai. Sebab memicu kemunculan buaya.

”Apabila masyarakat sering membuang sisa makanan yang disukai buaya itu, maka buaya tersebut merasa seperti dipelihara masyarakat di sini. Sewaktu-waktu buaya itu sangat lapar dan tidak segan melukai warga,” ujar Badarudin.

Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah mengatakan, buaya muara yang diterima dari Dirpolair Polda Kalteng itu rencananya akan dibawa ke Kantor Seksi Konservasi Wilayah II Pangkalan Bun. Kemudian dilepasliarkan di Suaka Marga Satwa Lamandau.

”Selama enam tahun belakangan ini, kami (BKSDA) telah menerima delapan ekor buaya yang berhasil ditangkap masyarakat Kotim maupun Seruyan. Alhamdulillah, sampai sekarang ini delapan ekor tersebut hidup semua. Jenisnya buaya muara hingga buaya danau,” ujarnya.

Muriansyah menuturkan, buaya yang berhasil ditangkap warga merupakan buaya muara jantan. Seringnya buaya muncul di Sungai Mentaya disebabkan adanya kanal yang secara langsung merusak habitat buaya rawa-rawa atau buaya danau tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya pengeringan untuk membuat perkebunan atau ladang. Hal itu mengakibatkan buaya tersebut turun ke arah Sungai Mentaya dan berkembang biak di sekitarnya.

”Apalagi di saat air pasang, maka air itu masuk ke kanal-kanal kecil. Buaya yang ada di kanal itu lari ke arah Sungai Mentaya. Kami masih mempelajari cara mengatasi hal tersebut,” tandasnya.

(jpg/ce1/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *