Ibu Negara Jadi Nama Burung Baru

JAKARTA – Lembaga lmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum lama ini melaporkan telah menemukan satu spesies burung baru di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Burung tersebut diberi nama ilmiah Myzomela Irianae. LIPI juga menemukan Orang Utan baru di Tapanuli yang genusnya mirip dengan orang utan Kalimantan.

Sesuai namanya, burung itu memang mencuplik nama Ibu Negara Iriana Jokowi sebagai nama ilmiah.
’’Saya sudah minta izin Presiden, dan Presiden setuju untuk memakai nama ilmiahnya Ibu Negara,’’ terang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (30/10).

Burung yang ditemukan pada 12 Oktober lalu tersebut masuk dalam genus Myzomela, dan menjadi bagian famili Meliphagidae. ’’Ini termasuk burung yang dilindungi,’’ lanjut Siti.

Sebelumnya, tercatat ada 14 spesies myzomela yang masuk daftar burung dilindungi. Dengan masuknya irianae, jumlahnya menjadi 15 spesies.

Ada beberapa ciri Irianae yang ditemukan peneliti LIPI Dewi Malia Prawiradilaga dan timnya itu. Warna paruhnya hitam, mata cokelat gelap. Kaki dan jarinya hitam, namun bantalan kukunya kekuningan.

Kepala hingga dada atas plus tengkuk berwarna merah darah, terdapat pita hitam di dada, yang semakin ke bawah makin memudar dan menjadi kelabu dengan sapuan warna zaitun di dada bagian bawah, perut, paha, dan sekitar tungging.

Punggung atas dan ekor berwarna hitam, sementara sayapnya hitam dengan kombinasi abu-abu gelap. Burung yang ditemukan memiliki bobot 32,23 gram, panjang dari paruh ke ekor 11,8 cm dan bentang sayap 17,2 cm.

Habitatnya berada di semak, tepi hutan, atau perkebunan tyang memiliki pohon berbunga. Kadang terlihat memakan nektar pohon jati di perkampungan.

Di sisi lain, peneliti sejumlah universitas juga menemukan kembali spesies orangutan yang hidup di tiga kabupaten Tapanuli. Kali terakhir orang utan dijumpai di kawasan tersebut adalah pada 1990 silam.

Siti menuturkan, orang utan di tapanuli berbeda dengan orang utan Sumatera yang banyak hidup di sekitar danau Toba. ’’Mereka cirinya lebih dekat pada orang utan Kalimantan,’’ terangnya.

Meskipun demikian, pada dasarnya orang utan Tapanuli tetap berbeda dengan kedua saudaranya. Karena itu, dia dinamai Pongo Tapanuliensis.

Cirinya, bulu orang utan tapanuli lebih keriting, meski bentuk badannya secara umum sama dengan orang utan Sumatera. Selain itu, memiliki kumis yang menonjol dengan bantalan pipi datar, mirip dengan orang utan Kalimantan.

Tengkorak dan tulang rahangnya juga lebih halus ketimbang dua saudaranya. Diperkirakan, populasinya kini tinggal sekitar 800 ekor, dan hidup di hutan pada ketinggian di atas 850 mdpl. (byu/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *