Puluhan Korban Narkotika Dibina Catur Wangsa

CIKOLE- Sebanyak 45 korban narkotika usia produktif dibina Yayasan Catur Wangsa Nusantara Cabang Sukabumi Raya. Pada lembaga bentukan Kementrian Sosial ini, seluruh warga binaannya di rawat dan diberdayakan sehingga bisa berubah.

Ketua Yayasan Catur Wangsa Nusantara Cabang Sukabumi Raya, R Wikra Febrian Kusumah menjelaskan, korban penyalahgunaan narkoba ini menjalani rawat jalan tahap kedua. Diakui dia, pada tahap pertama, pihaknya sudah melakukan kepada sebanyak 21 orang.

Dari korban penyalahgunaan narkoba yang kami tangani, tiga orang di antaranya perempuan. “Kami fokus pada rehabilitasi para korban, mereka diberikan penanganan, pemberdayaan dengan tujuan agar bisa sembuh dari keluar dari belenggu narkotika,” jelasnya, kemarin (9/9).

Yayasan Catur Wangsa Nusantara Cabang Sukabumi Raya merupakan bentukan Kementerian Sosial atau disebut sebagai Instansi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Tujuannya untuk merehabilitasi para korban penyalahgunaan narkoba yang bersinergis dengan instansi berkompeten lainnya.

“Bentuk pembinaan yang kami lakukan ada beberapa tahap. Ada tahapan screening, tes urine, assesment, hingga nanti konseling. Ini dilakukan untuk mengetahui secara runut penyebab mereka menjadi user (pemakai) narkoba,” tuturnya.

Pembinaan yang dilakukan Yayasan Catur Wangsa Nusantara lebih ke arah pendekatan persuasif mencakup aspek sosial, keagamaan, hingga pemberdayaan. Sehingga, nantinya mereka diharapkan bisa mengubah perilaku melalui terapi.

“Kami mulai dari hal-hal yang sederhana dulu. Misalnya kita buka diskusi, motivasi interviewing, termasuk mengenalkan kembali mereka dari sisi keagamaan. Kita ajak mereka salat berjamaah dan lainnya. Bagi mereka yang niatnya sudah bulat terbebas menggunakan narkoba, kami kirimkan ke Pesantren Benda Kerep di Cirebon. Di sana mereka mempelajari ilmu agama,” ucapnya.

Dari hasil pendekatan tersebut, kata Wikra, ternyata banyak penyebab mereka terjerumus jadi penyalahguna narkoba. Kebanyakan dipicu akibat pergaulan dan lingkungan serta disharmonisasi keluarga. “Kondisi peredaran narkoba sekarang sudah sedemikian masif.

Yang menjadi keprihatinan sekarang, narkoba sudah merambah kalangan pelajar. Ini yang jadi miris. Bahkan mereka jadi addict, terutama penggunaan obat analgesic, satu di antaranya tramadol,” ujarnya.

Upaya yang mesti diantisipasi sekarang adalah pemahaman bahayanya mengonsumi narkoba. Di sebagian korban penyalahguna, kata Wikra, alasan mereka menggunakan narkoba karena seperti gaya hidup. “Bagi mereka narkoba sudah seperti life style. Ini yang harus kita antisipasi,” jelasnya.

Karena itu, ujar Wikra, pembinaan dan pemberdayaan kepada korban penyalagunaan narkoba sangat penting. Lambat-laun mereka akan meninggalkan kebiasaannya itu karena memiliki aktivitas lain. “Kami coba arahkan mereka (korban penyalahgunaan narkoba) dengan membuka lapang usaha. Kami akomodasi keterampilan yang mereka punya ke arah positif,” tandasnya (cr15/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *