Catrik Palagan Pertahankan Budaya Tari Jaipong

Sejumlah anak sedang mengikut ujian jaipongan yang diselenggarakan sanggar tari Catrik Palagan, Minggu (24/11). Foto:ikbal/radarsukabumi

CIKOLE – Sanggar tari Catrik Palagan tetap menampilkan konsistennya dalam melestarikan budaya sunda yakni Tari Jaipong. Catrik Palagan yang sudah berumur 20 tahun ini berhasil mencetak penari yang profesional dan mampu membanggakan Kota Sukabumi.

” Alhamdulillah kita sudah 19 kali mengadakan ujian tari ini, dimana dilakukan setahun sekali. Kami masih eksis dalam melatih dan membudayakan tari jaipong,” ujar Pupuhu Catrik Palagan Kota Sukabumi, Ki Domon usai ujian tari jaipongan di aula Rengganis, kemarin (24/11).

Bacaan Lainnya

Bahkan dalam membina anak didiknya, dari segi biaya Catrik Palagan ini tidak memberatkan orang tua. Soalnya, dalam sebulan peserta didik hanya mengeluarkan Rp 100 ribu.

“Karena niat saya ingin melestarikan budaya sunda, bukan bisnis. Walaupun biaya di sini cukup murah, per bulan Rp100 ribu, namun alhamdullilah kita masih bisa eksis,” katanya.

Diakuinya, dalam mengembangkan potensi anak-anak itu harus didukung oleh orang tua. Meskipun biaya murah tapi tanpa ada dukungan orang itu susah.

” Kalau mereka itu latihan harus diantarkan orang tua. Kalau orang tua gak mengantarkan bagaimana anaknya bisa berlatih, dalam sebulan Delapan kali pertemuan, hari Rabu dan Sabtu,”akunya.

Ki Domon menjelaskan, tahun ini Catrik Palagan berhasil melakukan ujian bagi peserta didiknya di tingkat dasar, terampil dan mahir. Ada sebanyak 35 orang pesertanya yang mengikuti ujian tersebut.

“Untuk ujian yang ke 19 kali tahun ini, atau 20 tahun sejak keberadaan Catrik Palagan. Tahun ini, ada sebanyak 35 peserta yang mengikutinya,” terang dia.

Dalam ujian ini, peserta didiknya menampilkan kebolehannya selama tujuh sampai delapan menit diiringi oleh musik tradisional. Kata Ki domon ada empat hal yang dinilai dalam ujian kenaikan tingkat tersebut. Yaitu, wiraga atau gerak/peragaan, wirasa atau perasaan, wirahma atau kesesuain irama dan payus atau performance para peserta.

“Peserta yang memenuhi kualifikasi sempurna dari empat penilaian akan memperoleh nilai 100 atau lulus ujian dan selanjutnya naik tingkat.

Selain itu mendapat sertifikan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan. Walau ujian ini bukan lomba, namun tujuannya untuk melihat sejuah mana keberhasilan hasil belajar para penari selama satu tahun di catrik palagan,”tambahnya.

Menurut Ki Domon, ada kebanggaan bagi dirinya sebagai pengelola sanggar tari jaipong tersebut. Dimana anak didiknya seringkali mendapat apresiasi dari tempat sekolahnya berasal, dengan melibatkan muridnya tersebut ikut dalam berbagai moment perlombaan.

Tidak hanya itu, sertifikat yang diberikan kepada muridnya bisa dijadikan sebagai syarat alternatif peserta didik baru masuk ke jenjang persekolahan jalur prestasi. “Alhamdullilah, keberadaan Catrik Palagan sudah diakui di setiap persekolahan di Sukabumi. Banyak murid kami yang berprestasi di sekolahnya masing masing,” ungkapnya.

Untuk itu, Ki Domon berpesan kepada peserta didiknya jangan berhenti untuk berlatih. Terus belajar dengan giat tanpa lelah, untuk melestarikan kesenian tradisional tersebut.

“Kadang saya merasa bangga, banyak lulusan siswa dari sanggar catrik palagan yang kembali membuat sanggar sendiri untuk mengaplikasin ilmunya di tempat lain,” pungkasnya. (bal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *