Wow! Budidaya Kelinci Hias di Sukaraja Sukabumi Hadirkan Cuan Jutaan Rupiah

budidaya kelinci sukaraja sukabumi
HOBI DATANGKAN CUAN: Pengelola Budidaya Kelinci di Desa Sukaraja, Yadi Mulyadi saat memperlihatkan berbagai macam jenis kelinci kepada salah saorang warga yang hendak membeli kelinci di ternak gedung lumbung pangan, tepatnya di Kampung Ciceureum, RT 02/RW 03, Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja. FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI

RADAR SUKABUMI – Budidaya kelinci hias dan kelinci pedaging menjadi tuas pembangkit ekonomi pemuda di Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19, Pemerintah Desa Sukaraja mencoba membangkitkan perkonomian dengan budidaya tersebut.

Pengelola Budidaya Kelinci di Kampung Cibeureum RT 02/03, Desa Sukaraja, Kecamatan Sukajara, Yadi Mulyadi kepada Radar Sukabumi mengatakan, ada asa pada potensi budidaya kelinci tersebut.

Bacaan Lainnya

“Kami lebih memilih ternak kelinci hias maupun kelinci pedaging. Karena, memang harga jualnya cukup menggiurkan. Alhamdulillah, saat ini kami mendapatkan dukungan dari pemerintah Desa Sukaraja sehingga kami bisa terus bertahan melakukan budidaya kelinci itu,” kata Yadi kepada Radar Sukabumi, Jumat (05/08).

Yadi menjelaskan, budidaya kelinci dilakukan sejak tahun 2017. Bermula dari hobi, saat ini ternak kelinci sudah berkembang dan menjadi ladang mata pencaharian para pemuda Desa Sukaraja.

“Awal mula memelihara tiga ekor kelinci dengan modalnya Rp150 ribu. Dalam setahun, jadi 60 ekor indukan kelinci. Jadi, Awal mula bergelut memelihara kelinci itu, pada 2017 akhir, awalnya habis kontrak kerja di Karawang di pabrik manu faktur mobil. Setelah itu, pulang ke Sukabumi dan saya buka ternak kelinci karena perbadingan keuntungannya menggiurkan. Karena masa reproduksinya lebih cepat. Dari hamil sampai di jual hanya membutuhkan waktu dua bulan. Apalagi, sekarang dibantu oleh pemerintah desa,” bebernya.

Meski sempat terpuruk oleh pandemi Covid-19, namun kini permintaan warga yang hobi memelihara kelinci, justru semakin ramai. Bahkan, penjualan kelinci yang kini dikembangkan oleh pemerintah Desa Sukaraja juga sudah bisa tembus ke luar daerah Jawa Barat hingga ke mancanegara. “Alhamdulillah, sekarang pasca pandemi kita sudah bisa ekspor paling sedikit 10 ekor per bulan ke Negara Malaysia dan Filipina dan lainnya,” ujarnya.

Untuk menghindari dari hal yang tidak diinginkan atau ancaman penyakit yang menyerang ternak kelinci, dia juga kerap melakukan pembersihan secara rutin. Seperti menyikat seluruh ruangan dengan air bersih, dan juga mengganti serta memenuhi air bersih untuk minum. Tempat pakan juga dibersihkan dan tentunya diisi dengan pakan yang baru. Tiap jenis kelinci memiliki jenis dan perawatan masing-masing. Sebab, mereka memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi cara pendekatannya.

“Proses pemeliharaannya tidak susah. Alhamdulillah, omset perbulan juga sekarang mencapai sekitar Rp25 juta. Iya, kalau sebelumnya apa lagi kalau lagi pandemi itu bawahnya Rp500 ribu perbulannya,” ujarnya.

Hobi Yadi tersebut terus berkembang. Hingga akhirnya diniatkan untuk ternak dan dijual. Namun, berkat dukungan dan bantuan dari pemerintah desa, akhirnya kini terdapat 80 ekor kelinci indukan dari berbagai jenis. Yakni, jenis kelinci New Zealand, California, Rex English dan kelinci jenis anggora.

“Untuk harga jual per ekornya, memang berpariasi. Iya, ada yang di harga Rp650 sampai Rp2,8 juta untuk kelinci indukan. Sedangkan untuk kelinci anakan berada di kisaran Rp60 ribu sampai Rp150 ribu,” pungkasnya. (den/t)

Pos terkait