Pokja KIPI: Belum Ada Laporan Ada Guru Lumpuh Usai Divaksin

SUKABUMI — Soal guru honorer lumpuh seusai divaksin dosis kedua, Ketua Pokja Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Eni Rahmawati mengaku, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan tembusan laporan dari Komda maupun Komnas, hasil investigasi dari pada ahli.

“Biasanya kalau sudah selesai investigasinya dari Komnas atau Komda paling rendah itu mengeluarkan pers rilis atau laporan. Sebetulnya apa yang terjadi, pasien yang mengalami KIPI sampai saat ini belum mendapatkan itu,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Biasanya juga kalau dipandang perlu, sambung dia, akan ada pertemuan atau akan diundang. Apakah nanti kasus ini, berhubungan dengan vaksinasi atau tidak.

“Saya juga belum tahu. Apakah ini ada hubungannya dengan vaksin atau tidak, kalau ada hubungannya, tentu ada penjelasnya, tetapi kalau ada, kenapa, kalau tidak apa yang sedang terjadi dari Komda maupun Komnas. Jadi belum tahu,” tegasnya.

Selama dirinya bertugas belasan tahun di Pokja KIPI Kabupaten Sukabumi, belum ada kasus serupa dan baru kali ini ada. Bahkan kasus seperti ini sangat jarang. “Maka dari itu melibatkan banyak orang untuk investigasinya,” ucapnya.

Ia menegaskan sejauh ini pihaknya responsif terhadap kasus-kasus yang ada dan tidak ada pembiaran. Sebab, jika ada pembiaran terhadap pasien maka tidak akan dirujuk ke rumah sakit.

“Jadi kalau ada kasus orang di lapangan, dari Puskemas akan investigasi. Kemudian penanganan kasus sesuai SOP penyakit tersebut, kalau bisa ditanganani di Puskesmas tersebut selesai gak bisa ke rujukan ke RSU setempat.

“Misalnya kalau di Kabupaten Sukabumi dirujuk ke Rumah Sakit Sekarwangi, RS Palabuhanratu atau ke RS Jampang. Kalau tidak bisa juga berjenjang ke RSHS Bandung. Itu dari segi penyakit. Kaya ibu susan ini, dalam hitungan setengah jam sudah kita rujuk ke RS Palabuhanratu dan hari itu juga di rujuk ke RSHS,” jelasnya.

Lanjut dia, sekarang dari segi management vaksin, pihaknya akan investigasi juga nomor lot dan sebagainya. Misal satu vaksin itu untuk 10 orang, kemudian dilihat 9 orang ada yang mengalami hal sama.

“Kita lihat, laporkan semua ke ahli, ada kesalahan gak prosedur vaksin. Pengobatan juga masih berjalan, sampa beliau dipulangkan. Bisanya dicari diagnosa terahir apa, para ahli bedah buku dulu, penyakitnya apa saja bisa A,B, C,” terangnya.

“Bisa gak dengan vaksin, sebelahmana kaitannya. Gak gampang investigasinya,” tandasnya.(cr1/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *