Pergerakan Tanah di Palabuhanratu Sukabumi Semakin Parah, Warga : Pak Bupati Tinjau Dong Kami

Pergerakan Tanah Palabuhanratu
RUSAK PARAH : Salah seorang warga saat meninjau Rumah warga Kampung Nyalindung, desa Pasir Suren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang terdampak pergerakan tanah rusak berat.(Foto : Nandi Radar Sukabumi)

SUKABUMI – Bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Nyalindung, Desa Pasir Suren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi semakin parah dan mengkhawatirkan.

Bahkan sejumlah warga mengaku, was was dan khawatir akan bencana pergerakan tanah yang semakin hari kondisinya terus bergerak, terlebih saat diguyur hujan seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini.

Bacaan Lainnya

Kekhawatiran diungkapkan Sumarni (50) warga Nyalindung, dimana kondisi rumahnya semakin hancur dengan kerusakan dibeberapa bagian, baik dibagian atap sudah rusak, retakan dibagian dinding yang semakin membesar, dan juga bagian lantai mengalami pergerakan tanah dan amblas.

Diterangkan Sumarni, kondisi rumahnya mengalami rusak akibat dampak pergerakan tanah sudah lebih dari satu tahun saat ini semakin parah. Sumarni terpaksa masih tetap tinggal dirumahnya, karena kesulitan ekonomi belum mampu untuk mengontrak rumah ataupun pindah ke tempat yang lebih aman.

“Ini kondisi ini sudah lama, satu tahun lebih, malam tadi amblas lagi sekitar satu meter bahkan lebih kayanya, malam tadi hujan deras, jalan nasional juga semakin dalam amblas,” ungkap Sumarni kepada Radar Sukabumi. Selasa, (13/12).

“Saya tidur terpaksa di bekas konter itu, padahal sudah pada basah karena bocor bocor juga atapnya, Hujan tadi malam itu mulai sesudah magrib lebat, sampai jam 10- 11, warga pada diluar rumah karena takut rumah rumahnya ambruk, babinsa babinkamtibmas juga sampai datang kesini jaga awasi jalan, kan amblas juga,” sambungnya.

Lanjut Sumarni, berbagai upaya telah diajukan untuk dilakukan relokasi bahkan telah mengikuti beberapa kali pertemuan antara warga puluhan warga terdampak pergerakan tanah tersebut dengan pemerintah desa, kecamatan Palabuhanratu, pemetintahan daerah kabuoaten Sukabumi, namun hingga kini belum ada kejelasan.

“Saya disini rumah ini dihuni tiga orang sama anak bungsu, anak malam juga tidur di rumah adik saya disana agak aman. Dari habis puasa sampai sekarang ini kondisinya semakin mengkhawatirkan, mau ada relokasi, sudah beberapa kali rapat rapat tapi gak ada hasilnya seperti apa,” terangnya.

“Harapan saya supaya ada tempat untuk tinggal, tempat tidur gak mikirin harta benda, saya ingin selamatkan ini aja badan, bisa tidur nyenyak,” ucapnya.

Ditambahkan warga lain Enung Nuraeni (43) pergerakan tanah di Kampung Nyalindung juga telah merusak rumahnya yang berada tepat di pinggir jalan nasional Palabuhanratu – Sukabumi, meski saat ini Ia bersama keluarganya telah melakukan relokasi mandiri dengan terpaksa mengontrak, namun tetap saja merasa khawatir karena sanak saudaranya masih tinggal di lokasi pergerakan tanah.

“Sekarang musim hujan, warga lain bertahan dirumah terpaksa, kalau hujannya terus terusan mereka pada diluar, terpaksa masih meninggali rumah, karena gak ada biaya untuk ngontrak, saya dan beberapa warga lain ngontrak bukan karena banyak uang tapi terpaksa,” timpalnya.

Enung menceritakan kondisi rumahnya yang sebelumnya masih bisa ditempati kini hancur, sebagian dinding sudah roboh, lantai bangunanpun semakin anjlok dalam membuatnya terpaksa nengosongkan rumah memilih mengontrak ditempat aman.

“Walaupun ngontrak tetap saja khawatir ada karena disini banyak keluarga, adik adik saya, tetap saja gak tenang apalagi hujan seperti ini,” bebernya.

“Kabar untuk relokasi beberapa waktu lalu, di desa, pak camat, dari perpajakan, perkebunan juga pemda dan yang lainnya, katanya Insya Allah 2023, tapi yang kami harapkan sudah bukan insya allah lagi, bukan mudah mudahan lagi, seharusnya secepatnya kami dapat kepastian relokasi,” imbuhnya.

Enung merasa heran dengan kondisi pergerakan tanah di kampung Nyalindung semakin parah yang notabene berada di pinggir jalan nasional yang setiap hari dilalui kendaraan para pejabat pemerintah daerah termasuk Bupati Sukabumi Marwan Hamami, namun hingga kini warga merasa belum mendapat perhatian dari orang nomor satu di Kabupaten Sukabumi.

Enung membandingkan dengan peristiwa gempa bumi di Cianjur yang terjadi beberapa waktu lalu telah mendapat kunjungan presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebanyak dua kali.

“Mohon maaf untuk bapak bupati yang terhormat, sampai hari ini bapak belum pernah menyentuh kami, padahal warganya, sekelas bapak presiden Jokowi saja sudah berani turun kelapangan sudah mau ke Cianjur sudah dua kali, tapi pak Bupati sampai hari ini belum ada kesini, warga kampung Nyalindung sangat mengharapkan kehadiran bapak, tempat bencana ini bukan di perkampungan, bukan harus melalui motor ojek, disini dipinggir jalan nasional yang setiap hari bapak bupati, pejabat yang lain lewati tidak miriskah bapak melihat keluarga bapak seperti ini,” kata Nunung menahan tangis.

“Jika memang bapak tidak ingin turun ke kampung Nyalindung setidaknya bapak lewat buka kaca mobil say hello saja warga sudah senang, mereka mereka warga lain mungkin bahagia, dari pada ketimbang bapak jalan jalan ke Geopark mengadakan pesta rakyat mendingan meninjau kesini, kami mengaharapkan itu,” terangnya.

Enung mengaku hingga kini masih kebingungan sampai kapan bersama keluarganya harus mengontrak, sementara penghasilannya sebagai guru honorer hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari hari.

“Saya ngontrak bingung sampai kapan, saya guru honorer, mohon pak bupati kami bukan banyak uang, tapi terpaksa, adakah belas kasihan bapak bapak pejabat untuk membantu kami yang setiap bulan hari memikirkan bayar kontrakan, tidak sedikit warga lain yang terdampak mengeluh, tolong kami pak ingin diperhatikan, kami yang sudah ngontrak dan saudara saudara kami yang masih bertahan disini mereka bukan tidak takut, bukan tidak khawatir tapi mereka terpaksa karena gak ada biaya,” tandasnya. (Cr2/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *