Pergerakan Tanah Nyalindung Sukabumi Kian Parah, Kok Belum Ada Status Kebencanaan?

PERINGATAN : P2BK Kecamatan Nyalindung, Ahmad bersama Babinsa Desa Cijangkar, saat memasang tanda zona berbahaya di lokasi bencana pergerakan tanah, tepatnya di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung. FOTO : FOR RADAR SUKABUMI

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Bencana pergerakan tanah yang melanda pemukiman penduduk di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi kian membahayakan, Selasa (02/02/2021). Bahwa diketahui kembali lagi terdengar suara dentuman pada Senin (01/02/2021) sekitar pukul 16.00 WIB.

Kendati kondisi demikian, pergerakan tanah di Nyalindung belum menyandang status kebencanaan dari pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi. Sehingga seluruh kegiatan mitigasi bencana maupun penanganganan warga terdampak dari bencana alam itu, dikelola oleh panitia lokal.

Bacaan Lainnya

Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Kecamatan Nyalindung, Ahmad kepada Radar Sukabumi mengatakan, semenjek wilayah tersebut diterjang pergerakan tanah, karena belum memiliki status kebencanaan, maka sampai saat ini pemerintah Desa Cijangkar dan pemerintah Kecamatan Nyalindung telah berinisiatif mengurus pengungsi dan melakukan pendampingan terhadap seluruh warga baik warga terdampak mapun warga terancam dari bencana pergerakan tanah tersebut.

“Saat ini belum ada status tanggap darurat dari BPBD. Sebab, baru kemarin pengkajian dari ESDM dan hasilnya belum ada atau belum keluar. Nah, nanti setelah keluar pengkajian baru BPBD Kabupaten Sukabumi bisa mengambil keputusan untuk memberikan status. Tetapi dari hari pertama sampai saat ini masih dilakukan panitia lokal, untuk pengungsi dan pendamping yang diinisiai oleh pemerintah kecamatan dan relawan,” jelas Ahmad kepada Radar Sukabumi, Selasa (02/02/2021).

Pihaknya menambahkan, saat ini kondisi pada aktivitas pergerakan tanah di wilayah Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, terus meluas setiap harinya. Bahkan, saat ini retakan tanah semakin parah dan anjlok. “Iya, memang semakin parah seiiring dengan diguyurnya intensitas curah hujan yang tinggi. Sekarang panjang kedalaman retakan mulai dari lima sampai delapan meter. Sedangkan panjang retakan milai dari 20 sampai 30 centimeter,” pungkasnya. (Den/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *