SUKABUMI – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi, menyatakan prihatin terkait peristiwa tragis yang menimpa seorang siswa SMP di wilayah Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Bagaimana tidak, pelajar berinsial GP (15) asal warga Kampung Cicewol, Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug itu, dikabarkan tewas bersimbah darah setelah dikeroyok oleh puluhan pelajar lainnya, pada beberapa waktu lalu.
Sekretaris MUI Kabupaten Sukabumi, H. Ujang Hamdun kepada Radar Sukabumi mengatakan, kejadian memilukan tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi di Kabupaten Sukabumi, sehingga MUI Kabupaten Sukabumi meminta peningkatan pengawasan terhadap pelajar.
“Saya selaku Sekretaris Umum MUI Kabupaten Sukabumi, sangat menyesalkan. Karena di usia pelajar itu, seharusnya mereka fokus dalam pembelajar. Namun faktanya mereka melakukan tawuran hingga menyebabkan korban meninggal dunia,” kata H. Ujang Hamdun kepada Radar Sukabumi pada Kamis (05/09).
Pihaknya mengaku, sudah melakukan komunikasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. Bahwa pengawasan pelajar di Kabupaten Sukabumi ini, harus lebih ditingkatkan. Sehingga hubungan sekolah dan wali murid harus ditingkatkan mulai dari peran komite sekolah, pihak sekolah dan peran hubungan orangtua dengan anaknya. “Itu harus dilakukan, karena merupakan salah satu bagian dari fungsi kengawasan,” tukasnya.
Selain itu, nilai-nilai agama juga harus lebih ditingkatkan, dengan lebih banyak melakukan dzikir dan memperhatikan pendidikan agama agar hatinya tenang. Salah satunya dengan memperbanyak dzikir. Karena, dikatakan dalam Quran Alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub, yang artinya Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.
“Jadi PAI-nya harus lebih ditingkatkan dan bukan hanya materi duniawi saja, tetapi materi pembelajar ukhrowi juga harus ditingkatkan. Sehingga dapat membentuk karekter siswa yang baik atau anak yang sholeh dan sholehah,” timpalnya.
Sebab itu, MUI Kabupaten Sukabumi mengajak kepada seluruh jajaran MUI mulai dari tingkat kecamatan hingga desa untuk melakukan pembinaan terhadap para siswa. Hal ini, menurutnya mesti dilakukan karena persoalan tersebut merupakan tanggungjawab bersama semua pihak.
“Kalau di Provinsi ada program yang bernama Ajengan Masuk Sekolah. Kenapa di Kabupaten Sukabumi tidak ada program Mualim Masuk Sekolah atau Ustadz Masuk Sekolah dan dalam pelaksanaannya pihak sekolah tidak hanya menggaet guru PAI, tetapi juga dapat melibatkan para pesantren lokal dalam ranga pembinaan dan melibatkan warga dalam hal pengawasannya,” bebernya.
“Kami berharap tawuran yang berujung pada kematian salah seorang pelajar ini, harus menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan sekolah,” pungkasnya. (Den)