400 Hektare Lahan Kritis di Kabupaten Sukaubumi Berpotensi Akibatkan Bencana Alam

Kepala CDK Wilayah III Sukabumi, Uuh Suparman bersama Ketua PKSM Kabupaten Sukabumi, H Maman Suparman, saat meninjau lokasi lahan kritis yang kini menjadi lahan agroferestry di wilayah Kecamatan Waluran.FOTO: Dendi/Radar Sukabumi

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah III Provinsi Jawa Barat, Sukabumi mengklaim ratusan hektare lahan di wilayah Kabupaten Sukabumi mengalami kritis. Hal ini sangat berpotensi dan mengancam terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor.

Kepala CDK Wilayah III Sukabumi, Uuh Suparman kepada Radar Sukabumi menjelaskan, berdasarkan data yang tercatat di CDK yang diperoleh dari Kementrian, untuk wilayah Jawa Barat kini terdapat sekitar 900.000 hektare lebih lahan di Jawa Barat, kondisinya kritis.

“Sementara, kalau data terakhir yang kami peroleh untuk di wilayah Kabupaten Sukabumi ada sekitar 400 hektare yang kondisinya kritis,” kata Uuh kepada Radar Sukabumi Selasa (13/04/2021).

400 hektere lahan kritis ini, sambung Uuh, jika dilihat secara sepintas paling banyak berada di wilayah Kabupten Sukabumi bagian selatan. Lahan yang terlantar ini, menurutnya perlu dilakukan eksplorasi lebih dalam. Terlebih lagi, data secara umum ternyata yang kondisi lahan kritis ini berada di lahan yang dimiliki oleh masyarakat atau hutan rakyat yang notabane jumlahnya sekitar 0,3 hektare.

“Namun, ternyata setelah di jumlahkan di wilayah Jawa Barat ada sekitar  700.000 hektare. Sementara untuk di Sukabumi sendiri ada sekiatar 200.000 hektare lahan yang harus kita tingkatkan kualitasnya. Iya, kalau 200.000 hektare itu posisinya yang harus kita upgrade menjadi hutan tutupan yang berakar standar. Aritnya hutan yang tidak kritis lagi,” paparnya.

Namun demikian, CDK Wilayah III Sukabumi kini tengah berupaya mengumpulkan informasi agar terjadi semacam data yang subjektif. Sehingga kebijakan kedepan baik dengan program yang tengah dikembangkan itu dapat tepat sasaran.

“Nah apalagi melihat yang sekarang wilayah Sukabumi Selatan peluang untuk kemajuan cukup tinggi dan itu tentu secara ekonomi dapat dipastikan akan meningkat karena beriringan. Sementara untuk dampaknya sendiri dari lahan kritis yang paling terasa itu, pertama tentu berkurannya cakupan area, sedangkan cakupan area itu salah satu yang menjadi sumber kehidupan kita,” tandasnya.

Ketua Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Kabupaten Sukabumi, H Maman Suparman kepada Radar Sukabumi mengatakan, dampak buruk dari lahan kritis ini, sangat banyak selain mata air menyusut, juga rawan bencana alam. Ini terjadi lantaran daya dukung lahan menajdi menurun atau tidak produktif dan secara ekosistem juga dapat menyebabkan bencana.

“Apabila memasuki musim kemarau, warga akan mengalami kekeringan atau kesulitan untuk mendapatkan air dan ketika memasuki musim hujan lebat, akan berpotensi bencana longsor dan banjir karena hutannya tidak ada kayu penyangga atau menahan resapan air,” jelasnya.

Untuk itu, dirinya terus berupaya dan bekerjasama dengan masyarakat Sukabumi, khususnya para petani dalam mengantisipasi lahan kritis ini, salah satunya dengan cara menggencarkan Gerakan Tanam Pelihara Pohon (GTPP) untuk melakukan pemulihan ekosistem hutan.

“Iya, baru-baru ini saya bersama masyarakat dan para petani di wilayah Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, telah melakukan penanaman puluhan ribu bibit pohon di puluhan hektare lahan kritis. Alhamdulillah, lahan yang sebelumnya tidak produktif namun setelah kita tanami berbagai macam tanaman dan pepohonan berbuah serta pohon kayu-kayuan kini menjadi kawasan agroforestry,” pungkasnya. (Den/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *