Satu Keluarga Tewas Bersimbah Darah

BEKASI– Satu keluarga tewas berlumuran darah disebuah rumah Jalan Bojong Nangka 2 RT 002/07 Jati Rahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, kemarin (13/11).

Kejadian tersebut membuat pihak keluarga lainnya terkejut. Pasalnya korban dugaan pembunuhan ini dikenal humoris dan tidak tidak memiliki masalah.

Salah seorang kerabat korban bernama Yosep, (52) mengaku tidak percaya akan nasib buruk yang menimpa satu keluarga tersebut. Ia mengaku mendengar kabar duka ini sekitar pukul 08.30 WIB.

“Hampir setengah sembilanan lah saya tahu peristiwa ini. Makanya saya dikasih kabar kayak begitu, saya enggak percaya. Saya langsung lari ke sini,” ujar Yosep pada wartawan (13/11).

Yosep pun menceritakan, jika korban yang diketahui bernama Diperum Nainggolan, 38, berserta keluarganya yang tewas dibunuh itu sempat berpindah-pindah tempat tinggal. Mereka belum memiliki rumah pribadi sehingga masih harus mengontrak rumah.

“Sudah beberapa kali pindah (kontrakan). Tapi rumah ini dibeli sama abangnya. Habis itu tinggal di sini selama 2 tahun,” ucap Yosep.

Sementara dalam keseharian korban, Yosep mengungkapkan, jika keluarga itu dikenal dengan orang baik, dengan cara bersosialisasi yang bagus.

Bahkan Diperum juga dikenal sebagai sosok yang humoris oleh tetangga sekitar. “Orangnya senang humor, lucu suami istri. Tidak pernah terlibat masalah sepertinya,” ungkap Yosep.

Yosep mengenai melakukan komunikasi terakhir dengan keluarga korban sekitar satu pekan yang lalu. Saat itu, dirinya sedang melintas di depan rumah Diperum. Korban dan sang anak sempat menyapa Yosep saat itu.

“Dia sempat tanya, ‘dari mana om?’ saya bilang dari pelayanan. ‘Gimana pelayanannya om? Sukses terus om ya’, baru anaknya ‘opung sering-sering lah main kesini’ gitu. Anaknya dekat sekali dengan saya dan istri saya. Itu terakhir minggu kemarin, hari Kamis lah kira-kira,” ucapnya.

Sementara itu, sejauh ini, polisi masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui motif dari tindakan keji itu.

Namun dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), pembunuhnya tidak mengambil barang berharga milik korban seperti kalung dan uang tunai.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, mayoritas kasus pembunuhan sadis yang ditangani oleh kepolisian berlatar belakang dendam.

“Kalau secara global ya itu bisa dibilang ‘diduga’. Tapi kasus pembunuhan sadis dan lebih dari satu orang, mayoritas karena dendam,” ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Polri Jakarta, Selasa (13/11).

Dendam pun banyak macamnya. Bisa dendam karena di pecat, dendam karena ditegur, dendam karena utang-pituang, atau hal lain yang bisa memicu amarah tersangka.

“Kalau murni pembunuhan, 60 persen antara pelaku sama korban itu pernah kenal,” kata dia.

Pembunuhan berlatar dendam juga biasanya sudah terencana. “Tidak menutup kemugkinan. Bisa direncanakan, bisa juga spontan. Kalau dendam itu kan tinggal tunggu titiknya,” imbuhnya.

Namun terkait kasus pembunuhan ini, pihaknya tak mau menduga-duga. Semua harus didasari atas fakta hukum.

“Case per case itu tidak bisa dibandingkan apple to apple. Setiap case punya karakter sendiri, nggak bisa sama,” imbuhnya.

Saat ini, penyelidikan masih berlangsung. Bagian laboratorium forensik dan Inafis Polri juga sudah dilibatkan untuk mengautopsi jenazah keempat korban.

Barang bukti di lokasi kejadian dan sekitar rumah korban terus dikumpulkan. Sejumlah saksi mata juga diperiksa. “Nanti kalau kurang, penyidik akan terus melakukan pencarian secara teknis,” imbuhnya.

Dedi pun yakin, jika olah TKP dilakukan secara matang, kasus diduga pembunuhan ini pasti terungkap. “Kalau murni pembunuhan, (pasal) 338 atau 340 ya

. Mateng diolah TKP, 75 persen pasti terungkap. Yang menjadi sulit adalah ketika jika kasus itu pencurian dan kekerasan,” pungkasnya.

 

(net)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *