“Mereka (calon petani milenial red) itu beranggapan anggaran yang Rp5 juta untuk petani milenial itu diberikan dengan cuma-cuma, padahal dana itu merupakan pinjaman yang harus dikembalikan. Akhirnya banyak dari mereka kemudian urung mengambil uang stimulus tersebut, “terang Lina dalam pesan singkatnya.
Dengan kondisi tersebut, menurutnya ada baiknya anggaran itu diberikan pada mereka petani-petani muda yang memang sudah berkiprah di bidang pertanian yang notabene mereka sudah tau dan berpengalaman dengan masalah yang mereka hadapi di ranah pertanian.
Dan mereka tahu how to handle problem in farming biodiversity, dengan kata lain mereka sudah tangguh di bidangnya. “Bukan petani milenial dadakan yang baru terbentuk yang diutamakan, saya yakin anggaran itu akan larut entah kemana dan tidak menjadi apa-apa, “kritiknya.(*/adv)