Warga Ciaul Manfaatkan Kotoran Sapi jadi Biogas Energi

RADARSUKABUMI.com – Apa yang terlintas dipikiran seandainya mendengar kotoran sapi. Pasti mayoritas akan mengatakan jika limbah hasil pencernaan sapi tersebut sesuatu yang menjijikan dan memiliki bau menyengat.

Namun berbeda halnya bagi masyarakat Kampung Ciaul, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Di sana kotoran sapi justru mempunyai nilai yang cukup berharga dan begitu sangat vital.

Pasalnya, warga sekitar yang didominasi kalangan petani dan peternak tersebut mampu mengolah kotoran sapi yang mungkin di mata sebagian orang dianggap tak berguna jadi bahan bakar alternatif berupa biogas.

Saat berbincang dengan Kantor Berita RMOLJabar, Ketua Kelompok Ternak Alit Suryana mengatakan bila para warga sudah 9 tahun memanfaatkan energi biogas dari kotoran sapi untuk kebutuhan memasak.

“Sekitar tahun 2011 warga mulai mengenal bahan bakar alternatif itu. Awalnya ada 9 rumah yang menjadi percontohan hingga akhirnya sampai tahun 2020 ini bertambah menjadi 90 rumah,” kata Alit, Sabtu (22/8).

Alit mengaku tak mudah mengajak warga mau menggunakan energi biogas apalagi bila melihat latar belakang pendidikan. Tapi seiring berjalannya waktu perlahan warga mulai merasakan apa saja keuntungannya.

“Dengan edukasi yang masif alhamdulillah warga paham. Kotoran sapi itu tak sekadar bermanfaat untuk pupuk saja namun bila dikelola dengan baik akan menghasilkan sebuah bahan bakar alternatif,” katanya.

Alit pun menceritakan bila Cisondari sebagai desa yang memiliki populasi sapi perah terbanyak setelah Pangalengan sempat dilanda persoalan limbah kotoran sapi hingga mencemari anak sungai Citarum.

“Berangkat dari keprihatinan itu membuat warga sepakat mencari solusi yang salah satunya pemanfaatan biogas dari kotoran sapi dimana di tahun 2010 ada kajian lebih dulu dari pemerintah setempat,” terangnya.

Setelah kajian tuntas, lanjut Alit, tak lantas pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan bakar alternatif ini berjalan mulus. Sebab melalui uji coba yang panjang termasuk pembaharuan tempat penampungnya.

“Sempat penampungan memakai media plastik, fiber, dan terakhir kini dibeton. Dari penampungan (kotoran sapi) itu lalu dipasang pipa paralon tersambung ke rumah warga sebagai penyalur biogas,” ujarnya.

Alit pun bersyukur respon warga yang ingin memanfaatkan energi biogas ini terus naik termasuk di masa pandemi Covid-19. Sebab sesuai hitungan biogas ini bisa menghemat penggunaan 2 sampai 3 tabung gas 3kg.

“Bila sebelumnya hanya para pemilik ternak yang memakai bahan bakar alternatif ini. Sekarang warga yang tak punya ternak juga mau. Ada 200 ekor sapi untuk menunjang pemanfaatan energi biogas bagi warga di 6 RW di Kampung Ciaul, Cisondari,” ucap Alit. (rmoljabar/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *