Upaya Sukatno dan Bibit Andayani Kembangkan Desa Bambu, Pernah Tertipu Rp 75 Juta, Kini Bisa Ekspor ke Eropa

Upaya mengangkat ekonomi desa kini berbuah manis. Perlahan tapi pasti, Desa Wonoanti menjadi desa unggulan produksi kerajinan yang punya nilai seni.

GALIH ADI PRASETYO, Trenggalek

TANGAN kecil bocah itu memegang arit tajam. Dia meraut bambu hingga pipih dan halus. Setelah diraut, bambu pipih tersebut dianyam. Bocah kelas II sekolah dasar (SD) itu akhirnya berhasil membuat barang berbentuk kotak. Sebuah keranjang yang biasa digunakan untuk tempat keripik tempe khas Trenggalek.

Adinda Karin Eftina Zahra, nama bocah perempuan tersebut, saban hari datang ke rumah Sukatno dan Bibit Andayani. Dia membantu orang tuanya menyelesaikan pekerjaan borongan.
Ya, setelah membantu, uang Rp 2 ribu menjadi imbalan untuk jajan.

’’Kalau tidak ada PR, saya ke sini bantu-bantu,” ujar Adinda.

Workshop kerajinan Bambu Indah milik Sukatno itulah yang sekarang menjadi rujukan warga Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek,

untuk mencari rezeki tambahan. Setiap hari pasti ada orang yang mengambil jatah kerjaan borongan. Ratusan batang bambu berjejer di depan, samping, dan belakang rumah.

Sementara itu, lima perajin sibuk mengerjakan bagian masing-masing. Nuansa kental bambu tampak dari rumah tersebut. Sembilan puluh persen bangunan yang berdiri di lahan seluas 100 meter persegi itu berupa bambu. Mulai kursi, meja, rak buku, hingga pigura. Langit-langit rumah dan dinding kamar mandi pun terbuat dari bambu.

Sukatno dan istrinya, Bibit Andayani, sejak 1991 merintis usaha kerajinan dari bambu. Usaha apa pun tentu tidak mudah saat mengawalinya. Berbagai suka duka menjadi kekuatan Sukatno dan Bibit untuk terus melanjutkan cita-cita mereka.

’’Saya ingin Wonoanti jadi desa bambu,” ujar Sukatno.

Dia mewujudkan keinginan itu melalui upayanya mengembangkan kerajinan bambu. Ada lebih dari 200 model kerajinan. Mulai yang paling sederhana berupa caping hingga yang paling rumit dan mahal berupa gazebo.

Sekarang sudah ada 50 orang yang bergabung bersama Sukatno dan Bibit. Mereka merupakan warga sekitar desa tersebut. Bibit mengatakan, dirinya memang melatih warga menjadi perajin bambu yang berkualitas.

’’Sejak zaman mbah saya sudah bisa bikin. Namun, belum bisa beragam seperti sekarang, makanya saya latih mereka,” ujarnya.

Upaya itu tidak sia-sia. Kini pekerjaan sebagai perajin bambu tidak lagi dipandang sebelah mata. Rata-rata per orang bisa mendapat penghasilan Rp 1–1,5 juta per bulan. Penghasilan itu lebih dari cukup bagi seorang ibu rumah tangga. Produknya pun terus berkembang hingga dikirim ke Eropa. Setiap bulan rata-rata Sukatno mengirim dua kontainer berisi kerajinan bambu.

’’Sekarang yang paling banyak dipesan adalah keranjang laundry,” ujar pria 69 tahun tersebut.

Di balik manisnya hasil kerajinan yang sekarang bisa dinikmati, ternyata bapak satu anak itu menyimpan cerita perih. Gara-gara orang Abu Dhabi, Su kat no dan

Bibit harus mengawali usa hanya dari nol lagi. Pada 2006 Sukat no mendapat order kerajinan untuk diekspor ke Abu Dhabi.

’’Orangnya juga membawa uang dolar ke sini,” ujar Bibit.

Namun, sebelum mengekspor barang, Sukatno harus menyerahkan uang sebagai jaminan. Sebagai syarat tambahan, dia harus datang ke Konsulat Uni Emirat

Arab di Jakarta. Namun, ternyata saat di Jakarta, uang mereka dibawa kabur.

’’Uang Rp 75 juta kami dibawa kabur,”kenang Bibit sambil ngelus dada.

Pengalaman pahit itu tidak membuat Sukatno dan Bibit patah arang. Mereka terus berkarya dan tentu dengan niat menyejahterakan warga desa mereka. Sekarang produk mereka sudah dikenal banyak orang. Bahkan, di negeri orang, produk mereka juga laris manis. Berbagai pameran diikuti untuk mengenalkan produk bambu. Jepang hingga Belanda sudah didatangi.

Kini ratusan kerajinan dihasilkan untuk dipasarkan di berbagai daerah. Lagi-lagi, masyarakat sekitar ketiban rezeki. Itu tentu sesuai dengan niat Sukatno yang ingin mengubah desanya menjadi desa bambu.

 

(*/c7/diq)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *