Sulap Limbah Kayu Jadi Seni, Dijual Sampai Mancanegara

Aja Suharja (68) warga Kampung Cibodas, RT 3/3, Desa Kertaraharja, Kecamatan Cikembar saat menunjukan hasil kerajinannya yang masih dalam tahap pengerjaan

Bermodalkan semangat dan ketekunan di usia yang tak muda lagi, Aja Suharja (68) warga Kampung Cibodas, RT 3/3, Desa Kertaraharja, Kecamatan Cikembar, menyulap limbah kayu menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi.

Laporan – Dendi Koswara Dikusumah, Cikembar

Bacaan Lainnya

Laki-laki setengah abad lebih ini sudah seharusnya menikmati disisa hidupnya. Namun, sosok Aja tidak demikian. Dengan cekatan dirinya mengolah potensi limbah yang ada di sekitar lingkungannya dijadikan sebagai karya seni.

Saat, ditemui sosok Aja tidak sungkan menyabut para tamunya dengan riang gembira. Bermodal keinginan dan ketekunan, sulap satu demi satu limbah kayu menjadi karya seni yang indah. Dimulai dari miniatur, interior rumah, teko, gelas, baki, kursi, meja dan peralatan dapur lainnya untuk keperluan ibu rumah tangga.

Sudah puluhan tahun dirinya menggeluti usaha kerajinan kayu tersebut. Ratusan hingga ribuan hasil kerajinannya, sudah berhasil dijual ke berbagai daerah. Bahkan, sampai manca negara. Seperti Korea dan Taiwan.

Sungguh luar biasa memang hasil kerajinannya itu. Nampak cantik serta dipastikan setiap orang yang melihat ingin memilikinya. Sosok inspiratif itu, pun akhirnya bersedia membagi kisah kerajinan tangannya kepada radarsukabumi.

“Saya mulai bergelut dalam kerajinan seperti ini, sejak tahun 1987 silam. Saat itu, memang hobi. Namun, karena banyak pesanan dari berbagai daerah, akhirnya hobi ini menjadi mata pencaharian saya,” jelas Aja kepada Radar Sukabumi sambil menunjukan hasil kerajinannya,  (20/11).

Pria kelahiran tahun 1951 ini mengaku, telah menjual hasil kerajinannya dengan harga yang bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah dan menyesuaikan dengan bentuk, ukuran serta kerumitan yang dibuat.

Apabila dilihat secara sepintas hasil kerajinannya ini memang terkesan apa adanya. Apalagi bentuk aslinya memang tidak dirubah. Seperti kursi dan meja yang terbuat dari akar pohon seperti dibiarkan menjuntai untuk menjadi penopang meja dan kursi tersebut.

“Termasuk mata-mata kayu seolah menjadi motif tertentu. Potongan-potongan kayu hanya sekedar dihaluskan, diwarnai dan dikilatkan,” imbuhnya.

Sementara proses untuk mengkilatkan akar kayu ini menggunakan melamin. Sehingga ketika tersiram air panas, furniture tersebut tidak akan rusak dan warnanya tidak akan pudar. “Kami membuat kerajinan ini, dari bahan kayu kelapa, kayu erosi dan ada juga dari batu alam,” timpalnya.

Menurut Aja, proses pembuatan kerajinan tersebut mudah asal mau belajar dan tekun. Ia mengaku bahwa dirinya sebelumnya tidak pernah belajar untuk pembuatan hasil karyanya tersebut.

“Saat ini, penjualannya lagi menurun. Iya, paling perbulan omsetnya hanya sampai Rp5 juta lebih. Kalau beberapa tahun lalu, hasil kerajinan ini pasarnya sampai manca negara. Seperti Korea dan Taiwan dan omsetnya pun sampai tembus Rp100 juta perbulannya,” bebernya.

Sementara itu, Penjabat Sementara (PJs) Kepala Desa Kertaraharja, Yunyun Zieni Arief mengatakan, kursi dan meja yang terbuat dari akar kayu ini diakuinya sangat menarik. Selain dipandang indah dan cantik, harganya juga sangat terjangkau. “Lebih senang lagi kita bisa memesan bentuknya dan warna yang diinginkan,” katanya.

Dirinya merasa bangga, melihat warganya yang memiliki tangan kreatif sehingga dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonominya. Untuk itu, ia berencana akan membantu memasarkan hasil dari keratifnya tersebut melalui badan usaha milik desa (Bumdes) Desa Kertaraharja.

“Kerajinan seperti ini, harus dikembangkan. Tentu hal ini dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi warga. Apalagi, dalam pemasarannya bisa sampai tembus manca negara,” pungkasnya. (den/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *