Melongok Perjuangan Syayuti Karim Melawan Tumor (3 habis)

Kendati sudah menjalankan perawatan medis hingga dioperasi untuk dikeluarkam cairan hydrocepalusnya di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi sebulan lalu,  pihak Desa Hegarmanah dan Puskesmas Warungkiara berencana kembali membawa Syayuti Karim pengidap tumor ini ke RS yang sama.

PERLI RIJAL, WARUNGKIARA

Bacaan Lainnya

Kebahagiaan terpancar dari raut wajah Syayuti Karim (22) dan keluarganya. Kebahagiaan itu terlihat saat sang dermawan, Asep melongok sambil memberikan kursi roda yang dicita-citakannya.

Asep yang bekerja di Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kabupaten ini merasa tergugah dan ingin membantunya. Terlebih, ia memiliki kursi roda yang dibelinya namun tak sempat digunakan sang ibu tercintanya.

“Sebelum digunakan, ibu saya meninggal. Makanya pas ada yang menginginkan kursi roda, saya langsung ke rumahnya. Mudah-mudahan bermanfaat,” ujar Asep.

Kursi roda pun langsung digunakan pemuda pelawan tumor itu. Karim memang tak bisa mengucapkan rasa terima kasihnya lantaran terkendala lehernya yang berlubang dan dipasang selang.

Tetapi, raut wajahnya yang polos itu mengisyaratkan kebahagiaannya. “Heuuuh heuuuh” suara itu yang terdengar dari mulut Karim.

Hanya kata itu yang bisa dilontarkan Karim sambil melambaikan tangannya. Untuk mengangkat tangannya pun ia harus sekuat tenaga. Lantaran  kondisinya hanya bisa berbaring.

“Alhamdulillah cita-cita adik saya punya kursi roda terlaksana. Terimakasih telah membantu membahagiakan adik saya,” ujar kakaknya sambil melinangkan air mata.

Kades Hegarmanah, Ade Ruslan menyebutkan, rencananya Karim akan kembali dibawa ke RS Bunut (nama tenar RSUD R Samsudin SH Kota Sukabumi) menggunakan ambulan Puskesmas Warungkiara.

Hal ini supaya Karim mendapatkan pemeriksaan ulang setelah sebulan lalu dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Karim tak dibawa ke RSHS lantaran keluarganya kebingungan soal biaya hidup dan transport.

Untuk biaya makan Karim saja, setidaknya butuh Rp70 ribu sehari. Lantaran, putra ketujuh dari sembilan bersaudara ini hanya bisa makan atau minum susu N-Sure saja. Harganya pun sampai Rp120 ribu per kaleng.

“Satu kaleng itu hanya untuk dua hari. Makanya kami bingung. Karim kan tidak makan apa-apa lagi selain susu,” ucapnya. Dengan diberikannya kursi roda, keluarganya berharap bisa membuat Karim lekas sembuh. Kursi roda itu salah satu impiannya agar bisa jalan-jalan di halaman rumah.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *