Generasi Mata Biru, Satu Dekade Lebih setelah Tsunami Aceh (2-Habis)

Meski sedikit, informasi tentang Puteh itu berharga. Hasil penelusuran menemukan bahwa Puteh ternyata tinggal di Desa Kuala, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Namanya lumayan populer. Maklum, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu satu-satunya pria bermata biru di desa tersebut. Nama aslinya Jamaludin. ”Orang biasa memanggil saya Puteh, ya sudah,” ucapnya.

Fisiknya memang mirip bule. Hidung mancung, kulit putih, dan mata biru kecokelatan. Tapi, ketika berbicara, logatnya murni Aceh.

Puteh juga tidak tahu dirinya keturunan Portugis keberapa. Orang tuanya memang juga mirip bule. Tapi, di antara lima anak pria 56 tahun itu, tidak semua yang memiliki ciri fisik seperti dirinya. Hanya ada tiga, yaitu Darmadi, Mursalin, dan Meila yang terlihat sekali sebagai keturunan mata biru. Sedangkan dua buah hatinya yang lain, Irwandi dan Susi, tidak demikian.

Namun, sekarang hanya dua anaknya yang tersisa, Darmadi dan Irwandi. Keberadaan tiga anak lainnya tidak diketahui sejak tsunami terjadi 13 tahun silam. ”Waktu (tsunami, Red) itu saya sedang melaut,” kenang Puteh.

Di tengah laut, yang dia rasakan hanya gelombang besar, tapi tidak pecah. Dia tidak berpikiran apa pun karena saat itu langit bersih.

Puteh sangat terkejut ketika kembali ke daratan. Dermaga tempat pelelangan ikan sudah tidak ada lagi. Rumah-rumah di pinggir laut sudah tidak terlihat. Suasana sunyi. Dia tidak berani menepi dan memilih tetap berada di atas kapal. Setelah menunggu cukup lama, dia baru berani turun ke daratan.

Dia bingung. Sebab, yang dilihat ketika berangkat dan pulang berlayar jauh berbeda. Rumah-rumah dan masjid di desa tempat tinggalnya, Ujong Muloh, tidak terlihat lagi. Untung, kediamannya selamat. Tapi, dia kehilangan tiga anak. ”Dulu saya tinggal di sana. Sebelum tsunami pindah ke sini (Kuala, Red),” terangnya.

Lebih dari satu dekade setelah tsunami, Puteh kini jadi jujukan ”para pemburu” mata biru. Mungkin karena semakin langkanya si mata biru, namanya menggema jauh ke berbagai sudut Aceh Jaya.

Bisa jadi warga luar daerah yang memburu keturunan Portugis itu sebenarnya mencari gadis mata biru. Tapi, di Kuala, yang tersedia kini tinggal bapak bermata biru. (*/c11/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *