Lestarikan Budaya dan Angkat Ekonomi Desa,, Regenerasi Penenun agar Tak Ditelan Masa

Jumlah alat tenun yang dimiliki warga di Desa Sonraen tidak banyak. Mama Sarlin meng ungkapkan bahwa dulu satu alat tenun milik satu keluarga bisa dipinjam sepuluh orang di satu desa yang sama. Mereka yang menggunakan alat tenun itu biasanya perempuan remaja yang belajar menenun.Kemudian, Desa Sonraen mendapatkan bantuan alat tenun dari Astra. ’’Seminggu bergiliran pakainya,’’ujar perempuan dua anaktersebut.

Kini ada 20 alat tenun di Desa Sonraen. Perempuan-perempuan di Desa Son raen bisa lebih leluasa menenun. Bukan hanya remaja perempuan yang menggunakan ala tenun tersebut. Para ibu rumah tangga juga mulai rajin menenun. Karena itulah, kemampuan menenun dari para ibu rumah tangga di Desa Sonraen makin terasah. Mereka memakai alat tenun tersebut secara bergiliran.

Satu orang mampu meng hasilkan dua helai selendang tenun dalam waktu tiga hari. Para ibu rumah tangga itu juga bisa membuat kombinasi tenun untuk aksen pada jas pria. Ada juga yang sudah bisa membuat jas pria dari bahan tenun. Setelah itu, produk tenunan dijual di rumah-rumah para ibu. Kadang para ibu di Desa Sonraen mengikuti pameran dan festivaldi tingkat kecamatan atau di kabupaten.

Satu helai selendang dihargai Rp 200 ribu–Rp 300 ribu. Jas pria dijual antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. ’’Bisa untuk beli benang lagi atau beli beras,’’ kata Mama Sarlin sambil terus menenun.

Namun, Mama Sarlin dan para ibu di Desa Sonraen belum bebas bertenun karena penggunaan mesin tenunnya masih digilir setiap minggu. Kini jumlah ibu yang aktif menenun di Desa Sonraen mencapai 20 orang. Selain menenun untuk dijual, para ibu di Desa Sonraen masih perlu mengajari anak perempuannya untuk belajar menenun. Jika jumlah mesin tenunnya diperbanyak, makin banyak remaja perempuan yang bisa belajar menenun sekaligus berwirausaha menjadi penenun.

Head of Environment & Social Responsibility PT Astra International Tbk Riza Deliansyah menyatakan, pihaknya te ngah mengusahakan menenun bisa masuk kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah di Desa Sonraen. Melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR), Astra membantu memfasilitasi tenaga pengajar tenun.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *