Kejar Target, Begini Strategi Menteri Arief Gaet Wisman

JAKARTA – Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia masih minim. Dari target Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebanyak 18 juta wisman pada 2019, sampai caturwulan pertama tercatat baru 5,12 juta orang.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebutkan bahwa total kunjungan wisman pada Januari–April 2019 mencapai 1,3 juta kunjungan per bulan.

’’Angka 1,3 juta ini tidak bagus karena angka psikologis kita 1,5 juta per bulan,’’ ungkapnya Arif, Rabu (12/6).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, jumlah kunjungan wisman pada April lalu mencapai 1,3 juta kunjungan atau turun 2,7 persen jika dibandingkan dengan Maret.

Arief menjelaskan, untuk mengoptimalkan capaian target wisman pada delapan bulan berikutnya, Kemenpar bersama pelaku bisnis pariwisata melakukan empat strategi utama.

Yakni, border tourism, hot deals, tourism hub, dan low-cost carrier terminal (LCCT).

Strategi border tourism mengandalkan kekuatan kedekatan jarak maupun emosional.

Strategi tersebut dilakukan negara-negara di Eropa maupun Asia Tenggara seperti Malaysia. Dia membandingkan Malaysia mendapat wisman dari border tourism sebanyak 60–70 persen.

Prancis dan Spanyol di atas 80 persen karena secara natural wisman Eropa yang berkunjung ke negeri tersebut adalah wisatawan overland.

’’Kami berfokus pada border tourism untuk menarik wisman dari Singapura dan Malaysia,’’ kata Arief.

Program hot deals adalah memberikan diskon besar-besaran saat low season pada tahun ini. Tahun lalu hot deals mampu menjual 700 ribu pax dan terbesar dari Kepri mencapai 20 persen. Lalu, program tourism hub dilakukan melalui Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia.

’’Program ini sebagai solusi terhadap direct flight yang sulit dilakukan dan membutuhkan waktu relatif lama,’’ jelasnya.

Arief menyatakan, program yang menentukan dalam mencapai target wisman tahun ini adalah LCCT.

Kemenpar mencatat, lebih dari 55 persen kunjungan wisman 2017 menggunakan full-service carrier (FSC).

Sisanya memanfaatkan low-cost carrier (LCC).

Namun, ternyata pertumbuhan FSC rata-rata kurang dari 5 persen. Secara rata-rata, LCC tumbuh 21 persen.

’’Untuk mendorong kunjungan wisman LCC, kita harus memiliki terminal LCC dan program mulai terwujud.

Per 1 Mei 2019, Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta resmi menjadi LCCT,’’ terangnya.

Selain kunjungan wisman, tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel klasifikasi berbintang di Indonesia ikut menurun.

Pada April 2019, rata-rata okupansi hotel berbintang mencapai 53,90 persen atau turun 3,53 poin bila dibandingkan dengan April 2018 (57,43 persen).

Namun, jika dibandingkan dengan okupansi pada Maret 2019, hotel klasifikasi bintang pada April 2019 mengalami kenaikan 1,02 poin.

Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik di hotel berbintang selama April 2019 tercatat 1,83 hari, naik 0,02 poin jika dibandingkan dengan keadaan pada April 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, turunnya okupansi hotel bila dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan beberapa hal.
Salah satunya, harga tiket pesawat yang mahal.

’’Ini perlu kita perhatikan ke depannya. Sebab, kita tidak hanya mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, tapi juga sebagai sumber devisa,’’ tegasnya.

Sementara itu, arus wisatawan asing di Jatim pada April lalu mengalami penurunan.

Pada April lalu, total kunjungan wisatawan asing hanya 18.652 kunjungan.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo mengungkapkan, jika dibandingkan dengan kunjungan pada periode April 2018, terjadi penurunan 29,10 persen.

’’Jatim turunnya lebih tajam daripada nasional,’’ katanya kemarin.

Penurunan juga terlihat dari bulan ke bulan, tetapi tidak setinggi periode tahun sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dengan 21.565 kunjungan, penurunannya hanya 13,51 persen.

(lyn/rin/res/c14/oki)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *