Hergun Blak-blakan Soal Potensi Keuangan Syariah dalam Perekonomian Global

Ketua DPP Partai Gerindra Heri Gunawan.

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Anggota Komisi XI DPR-RI Heri Gunawan mengatakan bahwa, ekonomi syariah Islam menjadi daya tarik baru dalam perekonomian global. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi Keynote Speaker dalam Webinar Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sukabumi bekerjasama dengan Dengan OJK Jawa Barat, BSI Jawa Barat, Kamis (31/3).

Politisi yang akrab disapa Hergun mengungkapkan bahwa populasi Muslim dunia diperkirakan meningkat 26,4% menjadi 2,2 miliar orang atau seperempat dari populasi global pada 2030. Hal inilah yang menjadi faktor ekonomi syariah mulai memikat dunia.

“The State of Global Economic Report 2020/Tahun 2021 menunjukkan ada lebih dari 1,8 miliar penduduk muslim yang menjadi konsumen produk halal. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar dengan jumlah mencapai 231 juta orang atau setara dengan 86,7 persen dari total populasi, jumlah tersebut mengukuhkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,” kata Hergun.

Ketua DPP Partai Gerindra menegaskan bahwa dalam ajaran Islam mengatur segala bidang secara kompleks dan paripurna, seperti perekonomian dan keuangan. Keuangan syariah disebut Hergun menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri keuangan global, aset keuangan syariah pada akhir Desember 2021 mencapai USD143,7 miliar.

“Pangsa pasar keuangan syariah 8 domestik mencapai 10,6 persen. Dengan demikian terjadi pertumbuhan positif sebesar 13,82 persen. Sementara itu, aset industri perbankan syariah tercatat tumbuh 15,8 persen (yoy) pada Juni 2021, dengan aset lebih dari Rp 632 triliun,”paparnya

Namun, di perbankan global, pangsa perbankan syariah nasional masih relatif kecil, yakni sekitar 2,10 persen, dibandingkan Malaysia 11,4 persen dan Arab Saudi 28,5 persen sebagai peringkat pertama. Dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi, dan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, potensi pengembangan industri perbankan syariah nasional sangat besar, sehingga perlu lebih digali dan dioptimalkan.

“Harapan kita, ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya kokoh di saat krisis saja. Namun, juga harus mampu tumbuh tinggi pasca krisis. Ketertinggalan ekonomi dan keuangan syariah terhadap sistem konvensional masih sangat lebar,” jelas Hergun.

“Namun kita tidak perlu pesimis, potensi pasar kita masih sangat besar. Menurut data Bank Indonesia pada 2020, masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial atau perbankan (unbankble) mencapai 91,3 persen,” imbuh legislator Senayan dapil Kota/Kabupaten Sukabumi.

Selain itu, ada 62,9 juta pelaku usaha UMKM yang belum terkoneksi dengan lembaga pembiayaan dan perbankan. Perbankan syariah sebagai lembaga syariah komersial pertama memainkan fungsi penting dalam sektor keuangan syariah di Indonesia.

“Meski pangsa aset perbankan syariah masih relatif kecil di perbankan nasional (sekitar 6,5 persen), aset perbankan syariah menempati posisi kedua terbesar (33,77 persen pada akhir 2020) dan langsung menyentuh perekonomian melalui pembiayaan ke sektor riil,” pungkas Hergun. (izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *