Sawah Cicantanyan Diserang Blast, Distan Kabupaten Sukabumi Siapkan Strategi Pencegahan

Camat Cicantayan, Sendy Apriadi bersama petugas lainnya saat meninjau musim panen raya padi di wilayah Kecamatan Cicantayan.

RADARSUKABUMI.com — Menjelang peralihan musim hujan ke musim kemarau, hekraran lahan pertanian padi di wilayah Kecamatan Cicantayan, terserang hama blast.

Camat Cicantayan, Sendy Apriadi mengatakan, luas lahan pertanian padi secara keseluruhan yang ada di wilayah Kecamatan Cicantayan, berjumlah sekitar 765 hektare.

Bacaan Lainnya

“Namun, jenis penyakit yang muncul saat ini kebanyakan hama blast,” jelas Sendy kepada Radar Sukabumi, Minggu (5/7).

Bila tidak segera diantisipasi, dapat mengakibatkan terancam gagal panen karena padi tak berisi, akibat serangan hama tersebut.

“Wilayah Kecamatan Cicantayan ini, bukan daerah endemis organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu, jadi meski diserang hama blast, tanaman petani relatif aman,” ujarnya.

Meski demikian, jauh-jauh hari sebelum memasuki musim panen, para petani selalu rutin menyemprotkan fungisida dan obat pembasmi hama ke tanaman padi agar tidak terancam gagal panen.

“Hal ini, perlu dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya agar tanaman padi tidak terserang hama tersebut,” bebernya.

Selain hama blast, ujar Sandy, kini petani tengah dihantui rasa was-was saat memasuki musim kemarau. Terlebih lagi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi pada Agustus 2020 nanti, akan terjadi puncak musim kemarau.

“Lahan yang rawan kekeringan pada musim kemarau itu, terdapat pada tiga desa. Yakni Desa Cimanggis, Hegarmana dan Desa Sukadamai dengan jumlah total sekitar 90 hektare atau 11.76 persen dari total sawah.

Iya, yang 88.24 persen sawah irigasi dan belum semuanya terbangun jaringan irigasi desa,” imbuhnya.

Untuk mengantisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah Kecamatan Cicantayan telah bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi melalui Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Cicantayan untuk melakukan berbagai upaya.

Diantaranya, pengamatan secara berkala, pengaturan pola tanam, pengumpulan induk telur di pertanaman atau di persemaian, jarak tanam legowo, penggunaan pestisida secara efektif, penyabitan tanaman sampai permukaan tanah saat panen.

“Selain itu, kami juga menganjurkan kepada para petani untuk melakukan mekanisme pergiliran tanaman dengan bukan padi, pembenaman jerami sakit saat membusuk dan pemakaian pupuk yang berimbang,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *