Perang Sarung di Sukabumi, Pelaku Gunakan Sarung Corak Begini

Sarung (ilustrasi)

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Perang sarung merupakan tradisi terlarang di Sukabumi setiap bulan Ramadan. Sebab, aktivitas yang berbau kekerasan tersebut kerap menimbulkan korban jiwa.

Seperti yang terjadi baru-baru ini, tepatnya pada Selasa (14/5/2019) di Kampung Karang Tengah, RT 09/09, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi terjadi perang sarung antar kelompok remaja.

Bacaan Lainnya

“Kami mendapat laporan tersebut dari warga dan langsung menuju ke lokasi,” kata Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Susatyo Purnomo Condro kepada Radarsukabumi.com, Kamis (16/5/2019).

Berdasarkan rilis yang diterima Radarsukabumi.com, diketahui telah terjadi perang sarung oleh sekelompok remaja. Hal ini seperti pada Laporan Polisi No: LP/B/53/V/2019/JBR/RES SMI KOTA/SEK GUNUNGPUYUH oleh pelapor atas nama Ami bin Avun Mansur.

Dalam laporan tersebut tercatat sebanyak tujuh orang anak di bawah umur terlibat perang sarung. Namun, dua telah dinyatakan sebagai tersangka dan sisanya masih dalam tahap diversi.

“Adapun korban sebanyak dua orang mengalami luka pada kepala,” ujar kapolresta.

Kronologi singkat terjadinya perang sarung tersebut, yakni pada pukul 22.00 WIB telah terjadi tawuran perang sarung di Kampung Karang Tengah, RT 09/09, Kecamatan Gunungpuyuh atau tepatnya di depan SLTP Ulul Albab. Aktivitas tersebut diketahui warga dan langsung dilaporkan ke pihak Polsek Gunungpuyuh.

Dan benar saja, setelah dilakukan pengecekan memang terjadi tawuran perang sarung itu. Polisi pun langsung mengamankan para pelaku dan barang bukti berupa sarung yang dilipat dan diikatkan dengan benda-benda tajam.

Barang bukti berupa sarung tersebut diamankan dari lima orang pelaku. Semuanya bercorak kotak-kotak namun dengan komposisi warna variatif seperti biru, hijau, ungu tua, merah dan putih.

“Motifnya biasanya antar kelompok mereka ini bersaing untuk mengaktualisasikan atau menunjukkan bahwa kelompok merekalah yang paling hebat, yang paling dominan, sehingga mereka mengajak ribut kelompok lainnya,” papar Susatyo.

Susatyo pun menambahkan bahwa pihaknya tidak ingin tradisi seperti ini terus terjadi karena akan mengakibatkan korban luka maupun jiwa. Untuk itu, dia mengharapkan peran aktif aparat setempat seperti Ketua RT, Ketua RW, lurah, hingga Babinsa dan Babin Kamtibmas wilayah.

“Ini menjadi atensi kami untuk dilakukan antisipasi agar jangan sampai menimbulkan banyak korban jiwa,” tutur Susatyo.

(upi/izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *