Kejar Mimpi Sukabumi Ajak Maksimalkan Potensi

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Komunitas Kejar Mimpi Sukabumi berkolaborasi dengan Future Parents Project, dan Bocil Warrior dalam menyelenggarakan kegiatan Kejar Mimpi Talks 14 (KMTalks14) yang bertajuk Self-Love: Mencintai Diri Sendiri: Menerima “Aku” dan Memaksimalkan Potensiku, pada Sabtu (24/7/2021).

Pembicara pada kesempatan kali ini adalah founder dari Future Parents Project Mutiara Maharini. Ia  merupakan Clinical Psychologist Trainee di Universitas Indonesia sekaligus mentor di Satu Persen Indonesia.

Bacaan Lainnya

Kurangnya menerima diri sendiri adalah salah satu tanda kita tidak mencintai diri sendiri. Misalnya, seperti kurangnya rasa percaya diri, bergantung pada validasi orang lain, merasa tidak layak dicintai, dan lain sebagainya. Permasalahan ini akan menghambat individu dalam membangun motivasi dalam hidupnya untuk menemukan dan memaksimalkan potensi yang ada pada dalam dirinya.

“Kita seperti mudah untuk bicara menerima diri sendiri, dan ada keinginan untuk memaksimalkan potensi diri. Tapi faktanya untuk bisa benar-benar dapat menerima diri, kita tidak hanya menerima kelebihannya saja tapi kita juga harus menerima kekurangan yang ada. Sampai di sini ternyata butuh usaha yang sangat besar ya teman-teman untuk mencintai diri sendiri,” ujarnya kepada Radar Sukabumi, Selasa (27/7/2021).

Pada awal materi pembicara menanyakan tingkat kabar peserta dari skala 1-5, karena menurutnya dalam latihan self-love (mencintai diri sendiri) bisa dilakukan dengan menanyakan kabar keadaan diri kita.

Bertanya akan apa yang dirasakan hari ini entah senang, sedih, marah, atau biasa saja. Karena segala sesuatu yang dilakukan oleh kita harus sesuai dengan apa yang dirasakan.

Maharini menjelaskan, self-love menurut seorang ahli Psikolog Khoshaba (2012) yaitu, apresiasi diri yang muncul dari tindakan yang mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual.

“Misalnya, ketika kita ingin mengapresiasi diri dengan cara menonton drama Korea itu boleh banget. Tetapi, ketika kita menonton tanpa ingat waktu sampai lupa untuk belajar, memenuhi kewajiban, makan, dan lupa berinteraksi dengan orang lain itu sama sekali tidak mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual kita. Jadi semuanya ada porsinya dan untuk tujuan yang baik juga,” jelasnya.

Salah satu contoh mencintai diri sendiri adalah dengan mengasihi diri sendiri saat mengalami kesulitan, memenuhi kebutuhan kita melalui usaha kita sendiri, lebih mementingkan tujuan dan nilai hidup yang kita jalani, mencintai diri dan mengakui setiap orang memiliki kualitas pribadi yang unik dan positif.

Dalam materinya terdapat beberapa aspek dalam self-love yaitu, mengenali diri sendiri (self-awareness), menyadari bahwa diri beharga (self-worth), mengenali akan kualitas diri sendiri (self-esteem), dan peduli terhadap diri sendiri (self-care).

Adapun tahapan terbentuknya self-love yakni, dimulai dari self-awareness (mengenali diri sendiri), self-acceptance (menerima diri sendiri baik kelemahan dan kekurangan), hingga self-love (mencintai diri sendiri). Sehingga jika seseorang sudah self-love, maka dia akan lebih bahagia dan puas dalam menjalani hidup, menjalin hubungan baik dengan orang lain, dan memiliki kepercayaan akan potensi dalam kemampuan diri sendiri.

“Orang tua juga bisa sangat mempengaruhi bagaimana seseorang anak bisa menerima diri sendiri atau tidak, karena seorang anak yang sudah atau belum mencintai dirinya sendiri bisa dilihat dari bagaimana orang tuanya mencintai dirinya sendiri juga,” tuturnya.

Maharini juga menjelaskan tentang kaitan self-love dalam pola pengasuhan orang tua.

Anak akan selalu melihat apa yang orang tuanya lakukan. Jadi, orang tua perlu memiliki self-love untuk menunjukkan bahwa validasi yang berasal dari dalam diri sendiri akan lebih memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan bahagia. Sehingga, ketika anak memahami bahwa orang tuanya sudah self-love dan menerima keunikannya maka akan tumbuh motivasi internal seorang anak untuk mencintai, dan mengembangkan potensi dirinya sendiri.

“Terdapat batasan untuk Self-Love seperti jangan terlalu sibuk untuk mencintai diri sendiri sampai melupakan untuk menyayangi orang lain, menjadi individu yang egois, dan membuat diri tidak berkembang karena lebih mementingkan kesenangan dibanding self-develompent (perkembangan diri),” ujarnya.

Dalam materi terakhirnya, Maharini mengajak peserta untuk melakukan lima tahapan sederhana dalam mencintai sendiri yaitu berkenalan dengan diri sendiri, mengenali perasaan diri sendiri, berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain, melakukan hal yang baik untuk diri sendiri, dan menentukan batasan seperti menentukan kegiatan yang membuat tidak nyaman.

Maharini selaku pemateri, memahami betul akan usaha yang terkadang sulit dalam menerimaan kelemahan, kelebihan, dan bagaimana sulitnya usaha memaksimalkan potensi diri. Maka dari itu dirinya mengajak para peserta untuk menjadi orang tua yang baik dan bijaksana di masa depan.

Diharapkan dengan diadakannya webinar Kejar Mimpi Talks 14 (KMTalks 14) para peserta bisa memulai untuk belajar mencintai diri sendiri dan memaksimalkan segala potensinya dengan percaya diri.

Peserta webinar yang ambil bagian pada kegiatan ini  tidak hanya berasal dari Kota dan Kabupaten Sukabumi saja. Peserta dari daerah lain di Indonesia juga turut mengikuti webinar ini.

Pada penghujung acara terdapat sesi diskusi dan tanya jawab, dari peserta yang ditujukan untuk narasumber. Lalu ditutup dengan acara berfoto virtual secara bersama.(wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *