Keangkeran Gedong Pasirlangkap Sukabumi dan Jeritan Tentara Tanpa Kepala

RADARSUKABUMI.com, SUKABUMI – Bulu kuduk lantas berdiri kala pewarta Radarsukabumi.com memasuki kawasan Gedong Pasirlangkap. Sebuah bangunan tua berarsitektur Eropa kuno ini berada di Desa Cicereuh, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Tempat ini adalah saksi bisu pembantaian massal puluhan bahkan hingga ratusan anggota serta simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965 silam. Orang-orang dari partai terlarang di Indonesia ini dibawa oleh Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopasus).

Bacaan Lainnya

Mereka disiksa oleh para pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dulu masih bertajuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sebelum akhirnya dibunuh dengan cara kepala ditembak.

Para anggota dari partai berlambang palu arit itu yang dieksekusi setiap pukul 00.00 atau tengah malam itu berasal dari wilayah Sukabumi, Cianjur, dan se-Jawa Barat. Namun ada juga sumber yang menyebutkan dari luar pulau Jawa.

MENYISAKAN MISTERI: Bangunan Gedong Pasirlangkap di Desa Cicareuh, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi menjadi saksi
sejarah pembantaian yang diduga merupakan anggota dan simpatisan PKI.

BACA: Jejak-jejak Pembantaian Massal Anggota PKI di Sukabumi

Tahun demi tahun, Gedong Pasirlangkap itu pun berubah menjadi tempat yang menyeramkan. Agus (49), adalah orang yang paling sering menyaksikan keangkeran tempat yang kini menjadi kantor perkebunan kelapa sawit itu.

Agus adalah penjaga Gedong Pasirlangkap. Setiap malam, dia selalu dipertontonkan oleh kejadian mistis dari bangunan bercat putih itu.

“Pertama-tama, saya bekerja selalu diganggu oleh bayangan tentara tanpa kepala,” ulas Agus.

Tak hanya itu, Agus juga selalu mendengar suara-suara mistis saat kali pertama bekerja di Gedong Pasirlangkap. Seperti, jeritan manusia yang disiksa, suara tangis, hingga bunyi letusan senjata api.

“Pernah suatu malam, badan saya terasa ada yang menindih. Tapi setelah belasan tahun bekerja, tidak ada lagi,” tuturnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *