Hema, Supermarket Gabungkan Pengalaman Belanja Online dengan Offline

Sistem belanja online dan offline ternyata bisa berjalan beriringan. Alibaba Group menggabungkan keduanya dalam bisnis
new retail. Berikut laporan wartawan Jawa Pos Andrianto Wahyudiono yang mengunjungi markas raksasa e-commerce tersebut dua pekan lalu.

—————

LUAS kompleks kantor pusat atau biasa disebut kampus Alibaba di Distrik Xixi, Hangzhou, Tiongkok, sekitar 10 hektare. Ada delapan gedung di lokasi perusahaan yang didirikan Jack Ma tersebut. Salah satunya adalah pusat perbelanjaan. Saat jam istirahat, selain kantin, tempat berbelanja ramai pengunjung. Sebagian besar konsumen pusat perbelanjaan tersebut adalah karyawan.

Total ada 16 ribu orang di kantor pusat.

Tidak salah bila Jack Ma menyebut kantor pusat sebagai kampus. Sebab, lokasi itu juga menjadi ajang uji coba dan pengembangan teknologi baru. Salah satunya, bisnis new retail.

Mereka menamai supermarket tersebut dengan Hema. ’’Sistem ini dikembangkan mulai 2015. Namun, baru pertengahan tahun lalu kami luncurkan untuk umum,’’ ujar Suzana, tour guide yang juga karyawan Alibaba Group.

Hema terletak di lantai dasar pusat perbelanjaan tersebut. Layaknya supermarket, berbagai kebutuhan sehari-hari tersedia. Di antaranya, makanan dan minuman ringan, sayur mayur, ikan, hingga tempat makan. Yang membedakan, tidak ada lagi kasir dan mesin di depan supermarket.

Yang ada adalah alat pembayaran mandiri. Konsumen tinggal menempelkan barang-barang yang dibeli ke mesin. Setelah terlihat total harga yang harus dibayar, mereka membayar dengan aplikasi Alipay.

’’Kami juga melayani pembelian secara online. Namun, jarak pembeli maksimal 3 km,’’ jelas Suzana.

Pegawai Hema yang mengenakan kaus biru bertugas mengambil barang yang dibeli secara online. Mereka membawa tas belanja yang terbuat dari kain dengan warna-warna berbeda. Warna itulah yang membedakan jenis belanja. Misalnya, hijau untuk makanan.

Setelah semua belanjaan terkumpul, pegawai menaruh tas tersebut di sebuah alat yang mengangkutnya ke tempat pengumpulan belanja online. Alat otomatis yang berbentuk rel berjalan itu berada di atas supermarket sehingga tidak meng ganggu pengunjung lain. Setelah itu, baru karyawan mengirimkan barang ke rumah konsumen.

Pengalaman digitalisasi juga dirasakan pengunjung Hema. Pembeli bisa melihat tanggal sayur dipanen, asal produk, atau hingga kapan layaknya sayuran dimakan. ’’Semua bisa melihat lewat aplikasi di smartphone konsumen,’’kata Suzana.

New retail itu juga menyediakan big data bagi perusahaan. Sistem itu membaca perilaku jual beli di toko tersebut. Suzana mencontohkan, big data bisa menginformasikan barang-barang yang laku pada Jumat. Alat itu pun bisa memprediksi jumlah stok yang cukup pada hari itu.

’’Jadi, benar-benar efisien bagi pengusaha,’’tuturnya.

Saat ini Hema berjumlah 50 unit yang tersebar di beberapa kota di Tiongkok. Alibaba Group belum memiliki rencana ekspansi new retail ke luar negeri. Sebab, hal itu bergantung de ngan infrastruktur teknologi kom pu tasi di wilayah
tersebut.

 

(*/c14/oki)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *