Fakta Baru, Jajanan Cina Penyebab Keracunan di Sukaraja Sukabumi Mengandung Bakteri Mikrobiologi

Keracunan Jajanan Cina
Salah seorang guru kelas 2A SDN Cidadap I, Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, saat mambawa belasan siswa ke Puskesmas pada Senin (13/05) siang.

SUKABUMI – Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, akhirnya angkat bicara terkait kasus belasan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cidadap I, Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, yang mengalami keracunan usai menyantap jajanan makanan produk Cina bermerk Hot Spicy Latiru dan Latiao Strips.

Kepala Tim Surveilans Imunisasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, H. Tatang Sutarman kepada Radar Sukabumi mengatakan, berdasarkan hasil uji Laboratorium Kesehatan dan Klinik Kesehatan Daerah (Labkesda) Kabupaten Sukabumi yang berokasi di Komplek Alun-Alun Cisaat, yang diterima dari Puskesmas Limbangan, Kecamatan Sukaraja, bahwa sample makanan tersebut, mengandung bakteri mikrobiologi.

Bacaan Lainnya

“Iya, itu hasil uji lab sample makanan yang dikirim dari Puksesmas itu, sudah keluar kemarin pada Senin (20/05) siang. Nah, hasilnya ada kandungan bakteri mikrobiologi,” kata H. Tatang kepada Radar Sukabumi pada Selasa (21/05).

Berdasarkan batas syarat Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. Bahwa, pada sample makanan tersebut, terdapat mengandung 11.727 koloni/gram.

Sebab itu, ia menilai penyebab belasan siswa SD di wilayah Kecamatan Sukaraja mengalami keracunan tersebut, karena ada unsur bakteri jenis mikrobilogi.

“Iya, sepertinya begitu, walaupun pun sedikit ada bakteri mikrobiologi-nya, tapi ada pengaruhnya setelah dikonsumsi yang dapat menyebabkan belasan siswa SD di Sukaraja itu mengalami keracunan. Seperti mual, muntah-muntah dan pusing,” tukasnya.

Ia menambahkan, untuk melakukan uji lab tersebut, Puskesmas Limbangan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, selain mengambil sample makanan produk Cina tersebut, juga mengambil sample muntahan pertama siswa yang mengalami keracunan tersebut.

“Iya, itu dikirim ke Labkesda pada 13 Mei 2024. Nah, kemarin sore baru keluar hasilnya,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *