Cepat Sembuh Ya Hifza, Bayi Dua Bulan di Sukabumi Menderita Hidrosefalus

Dillara Hifza Ahmad yang berusia dua bulan, asal warga Kampung Karawang Central, RT 04/01, Desa Karawang Kecamatan Sukabumi, tengah berada di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Lantraran, mengidap penyakit hidrosepalus.

SUKABUMI – Ahmad Suwandi pastinya tak pernah menyangka bahwa penyakit kelainan pada otak diderita oleh Dillara Hifza Ahmad. Warga asal Kampung Karawang Central, RT 04/01 Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi mengatakan bahwa putrinya yang baru berusia dua bulan menderita hidrosefalus.

Akibatnya, Hifza harus mendapatkan penanganan medis secara intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Pria berusia 27 tahun itu mengatakan, pada saat kehamilan putrinya itu, sang istri tidak merasakan keanehan sama sekali dan dinilai normal. Bahkan, saat proses hari kelahiran pun, bayi tersebut terlahir dalam keadaan normal dan tidak ada kendala apapun.

“Saya sering mengantar istri saya cek kandungan secara rutin ke bidan dan hasilnya bagus. Iya, katanya posisi bayi juga sempurna,” kata Ahmad kepada Radar Sukabumi, Senin (23/11).

Dillara yang merupakan anak kandung dari pasangan buah hari Ahmad Suwandi dan Suci Ramdhania (27) ini, telah lahir pada 24 September 2020 sekira pukul 21.17 WIB, dengan berat badan 2.8 kilogram dan tinggi badan 2.9 meter serta dengan ukuran lingkar kepala 30 centimeter.

“Alhmdulilah normal. Tapi setelah beberapa hari berjalan ada keanehan di bagian kepala Hifza, tepatnya di bagian belakang ada benjolan lembek,” ujarnya.

Setelah itu, ia bersama sang istri langsung membawa bayi mungil itu ke bidan untuk dilakukan pemeriksaan. Saat itu, bidan memberikan penjelasan kepada mereka bahwa benjolan yang berada pada kepala Dillara bisa hilang dalam kurun waktu paling lama tiga bulan.

“Setelah itu Hifza ternyata ada kendala dalam minum susunya. Anak saya tidak mau nyedot ASI bundanya. Dikasih susu formula pun tidak mau. Intinya susah untuk makan dan setiap minum susu yang masuk pasti dimuntahkan lagi,” timpalnya.

Atas kondisi yang mulai tak biasa ini, Ahmad lalu rutin melakukan cek ke bidan sampai beberapa hari benjolan di bagian kepala bayi tersebut mulai hilang. Alih-alih lega, keanehan lainnya justru datang lagi saat benjolan hilang. Karena di bagian lingkar kepala Hifza menjadi 36 centimeter. Hampir setiap harinya kepala bayi cantik tersebut membesar. Bahkan, setelah 40 hari lingkar kepalanya jadi 40 centimeter.

“Sementara berat badannya terus menurun sampai sekarang berusia dua bulan, berat badannya hanya 2,6 kilogram. Tapi lingkar kepala terus berkembang terakhir diukur 43 centimeter,” bebernya.

Lantas, kata Ahmad lagi, bidan pun menyarankan untuk segera membawa anak buah hatinya ke dokter spesialis anak. Setelah itu, dokter menyarankan kepada orangtuanya agar segera melakukan tindakan operasi untuk Hifza, sebelum tambah besar kepalanya.

“Untuk biaya operasi lebih dari Rp50 juta dan semuanya ditanggung melalui BPJS. Hanya saja, bila obat atau peralatan lainnya tidak ada di rumah sakit, maka saya terpaksa harus membeli ke apotek,” imbuhnya.

Saat ini, Hifza masih mendapatkan penanganan medis yang intensif di Rumah Sakit Bunut. Untuk tindakan yang sudah di lakukan oleh rumah sakti tersebut, yaitu roentgen, tes darah dan rapid test. Hifza pun telah dinyatakan positif terkena penyakit
hidrosepalus yaitu kelebihan cairan dibagian kepala yang bisa menyebabkan pembesaran kepala.

“Selain itu Hifza juga terkena dehidrasi yang parah dan hasil ronsen pun putri saya suspek bronchopneumonia yaitu penyakit paru yang menyebabkan terhambatnya pernafasan dan nafsu makan yang kurang. Ini sebabnya berat badan Hifza tidak naik-naik,” lirihnya.

Meski pengobatan anak ke dua dari pasangan dua bersaudara ini, menggunakan BPJS Kesehatan, tetapi dirinya kerap membeli obat ke apotik, bila sewaktu-waktu obat untuk penyembuhan anaknya itu, tidak tersedia di rumah sakit tersebut. Untuk itu, dirinya berharap ada bantuan dari para dermawan untuk biaya pengobatan anak kesayangannya itu, melalui  BRI SIMPEDES 440701016811532 AHMAD SUWANDI.

“Sekarang saya tidak bekerja dan tidak berpenghasilan. Untuk makan sehari-hari kita hanya mengandalkan pemberian dari orangtua yang hanya sealakadarnya. Saya tidak bekerja, karena pengurangan karyawan dari Covid-19,” pungkasnya. (Den/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *