Bocah 3 Tahun Asal Cianjur Ini Punya Kelamin Ganda, Dia pun Minder

Bocah asal Cianjur ini memiliki kelamin ganda

RADARSUKABUMI.com – Aimar Qolbi (3) anak dari pasangan Iyan Kustian (46) dan Ida Rosida (37) warga Kampung Mareleng RT 05/05, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi sejak lahir memiliki kelamin ganda.

Meski anak tersebut mempunyai kelamin ganda, namun orang tua Aimar mempunyai keyakinan bahwa anak ketiganya itu adalah seorang lelaki, sehingga saat ini Aimar mempunyai karakter seperti laki-laki.

Bacaan Lainnya

Diusianya yang ke 3 tahun Aimar merasa minder dan memilih diam di rumah karena ia sudah merasa ada yang lain dengan dirinya, bahkan sesekali ia menangis karena takut menjadi perempuan.

Melihat anak ketiganya tak seperti anak-anak lainya pihak orang tua merasa kebingungan, dan ia pun mencoba memeriksa Aimar ke dokter dan rumah sakit. Namun karena sehari-hari kondisi ekonomi keluarganya hanya berdagang gorengan, pengobatan Aimar pun terkendala biaya.

Demi memperjuangakan Aimar untuk menjadi lelaki atau perempuan tulen Iyan Kustian dan Ida Rosida terus berupaya untuk mencari informasi adanya pengobatan gratis untuk anaknya, hingga akhirnya ia mendapat BPJS gratis atau KIS.

“Setelah punya BPJS baru tanggal 20 Agustus kemarin saya ke Bandung, dokter menyarankan untuk diperiksa kromosom biayanya lumayan besar Rp1,8 juta, saya masih ada utang karena uangnya hasil nabung selama ini juga tak cukup, pemeriksaan kromosom tidak terkaper BPJS,” ujar Iyan Kustian saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/8).

Iyan menyebutkan, tes kromosom merupakan saran dari dokter untuk mengetahui apakah Aimar ini perempuan atau laki-laki hasil pemeriksaan itu baru bisa diketahui setelah satu bulan.

“Saya juga bingung selama ini saya arahkan main ke anak laki-laki, tapi kata dokter harus hati-hati, saya jadi bingung juga,” ungkap Iyan.

Jika dalam satu bulan hasil tes kromosom hasilnya seimbang antara pria dan wanita, maka harus dites hormon untuk melihat dominasinya.

“Kehati-hatian diperlukan, jika nanti saya arahkan laki-laki takutnya tumbuhnya perempuan begitu juga sebaliknya,” kata Iyan.

Menurut Iyan pihak RSHS baru bisa mengoperasi kelamin Aimar setelah ada kepastian dari hasil pemeriksaan.

“Dokter tak mau disalahkan karena jika dinyatakan laki-laki takut nantinya susu membesar, dan jika dinyatakan perempuan takut nantinya jakun keluar,” ungkapnya.

Aimar sendiri lahir di Puskesmas Cakung, Jakarta, saat ia merantau pihak puskesmas memberi rujukan agar dilakukan perawatan di RS Persahabatan. Saat itu bayinya lahir normal sembilan bulan.

“Sejak lahir dokterpun sudah menyarankan untuk dites kromosom dan sebagainya, namun biayanya besar,” katanya.

Ibu Aimar, Ida Rosida mengaku merasa khawatir anaknya semakin besar dan semakin minder dengan keadaan dirinya. Ia berharap ada pihak yang membantu persiapan operasi setelah tes kromosom dan lainnya.

“Kamari ge ‘ngadaregdeg ngadangu biaya tes kromosom, komo deui operasi, duh (kemarin juga gemetar dengar biaya tes kromosom yang begitu besar, apalagi biaya operasi),” ujar Ida.

Sambil menangis, Ida juga sering mendengar anaknya mengeluh, karena ia sudah merasa beda dengan anak seusianya.

“Kalau lagi main, pengen pipis suka pulang ke rumah malu kalau pipis bareng temannya,” terang Ida.

Menurutnya, warga lainnya juga sudah mengetahui anaknya seperti memiliki dua alat kelamin.

“Istilah medisnya ambigu atau apa, kalau ke dokter juga harus hati-hati sebelum dioperasi untuk menentukan jenis kelamin, saya turuti, tapi sekarang bingung biayanya juga besar,” kata Ida.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Cianjur Teguh mengaku telah mengetahui peristiwa tersebut, bahkan pihak Dinas Sosial telah berupaya membantu kesembuhan Aimar.

“Kemarin orangtuanya datang ke sini (Kantor Dinas Sosial Kabupaten Cianjur,red) untuk meminta bantuan agar Aimar bisa dimasukan kepesertaan BPJS,” katanya.

Jika dalam masa pengobatan Aimar, ada hal-hal yang tidak terkaper oleh BPJS, Teguh menyarankan agar pihak orang tua Aimar datang ke kantor Dinas Sosial Kabupaten Cianjur untuk membuat surat permohonan keringanan biaya.

“Nanti suratnya permohonan keringanan biayanya tinggal dikasih ke rumah sakit dan pihak rumah sakit juga sudah mengerti,” terangnya.

(RC/dil/pojokjabar)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *