Analis Geopolitik : Surat Terbuka Dubes Ukraina Untuk Presiden Jokowi Tidak Sopan

Analis geopolitik Dina Sulaeman

Mister, orang Indonesia itu pintar-pintar, kami punya ekonom-ekonom kelas dunia. Tidak perlu mengajari kami soal dampak ekonomi dari perang ini.

Bacaan Lainnya

4. Dubes Ukraina mengajari soal separatisme:

“Saya sangat berharap Indonesia mengingat apa itu separatisme. Karena inilah alasan utama Putin menyerang.”

Mister, pemerintah Indonesia tidak pernah melakukan genosida pada rakyatnya sendiri, kepada suku minoritas. Sebaliknya, lihatlah apa yang terjadi di Ukraina: terjadi genosida pada etnis minoritas. Anda mau menutupi apa yang terjadi di Donbass sejak 2014 dan sikap-sikap antiminoritas yang merebak di negara Anda yang disertai kekerasan? Media mainstream pun memberitakannya, tidak bisa ditutupi lagi.

5. Dubes Ukraina mengajari soal “rasa malu”:

Setelah perang ini berakhir, akan datang rasa malu. Rasa malu bagi negara-negara yang mendukung serangan Rusia atau tetap bungkam. Apakah Indonesia siap merasa malu?

Mister, apa di Ukraina tidak ada pelajaran cara menulis surat untuk para diplomat? Sungguh surat Anda tidak sopan sekali pada Presiden kami!

6. Dubes Ukraina mengutip Al Quran :

“Katakanlah bahwa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah, seperti yang tertulis dalam firman Allah dalam Al-Qur’an.”

Mister, tahukah Anda, Al Quran juga mengecam kaum Yahudi yang melakukan kejahatan (tapi memuji kaum Yahudi yang benar-benar beriman pada Tuhan)?

Presiden Anda telah menyeru warga Yahudi sedunia, “Saya sekarang menyerukan kepada semua orang Yahudi di dunia, … penting bagi jutaan orang Yahudi di seluruh dunia untuk tidak tinggal diam…” Lalu, dia memuji orang-orang Yahudi yang membungkus diri dengan bendera Ukraina dan berdoa di Tembok Barat, di Yerusalem timur.

Apa Anda, wahai Dubes Ukraina, dan Presiden Anda, tidak tahu bahwa Yerusalem timur adalah kawasan pendudukan (occupied territory) dan di sana setiap hari terjadi kekerasan Israel terhadap warga Palestina? Penjajahan [seperti yang dilakukan Israel], jelas dikecam Al Quran, dan juga ditolak oleh bangsa Indonesia, melalui UUD 1945.

Jadi, akhir kata, menurut saya, pemerintahan yang sudah mendukung kejahatan kemanusiaan (di Irak, di Palestina), dan melakukan kekerasan terhadap etnis minoritas, tidak berhak mengajari pemerintah Indonesia soal bagaimana kami harus bersikap.

Kulit kami memang berwarna, tapi kami jauh lebih punya nurani dan akal sehat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *