Shaum Ramadan dalam Melatih Kepemimpinan

Oleh : Prof. Dr. Deddy Ismatullah SH. M.hum
(Ketua MUI Kota Sukabumi)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bacaan Lainnya

Di mana-mana seluruh umat Islam diperintahkan untuk bergembira, karena datangnya bulan Ramadan. Ramadan adalah nama sebuah bulan berasal dari kata “Ramdha” yaitu batu yang dipanaskan, karena mereka berpuasa dalam keadaan waktu panas.

Ramadan adalah suatu bulan yang Allah Subhanahu Wata’ala jadikan berpuasa pada bulan itu, sebagai salah satu rukun Islam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.

Beliau memberi kabar gembira, bahwa barang siapa yang berpuasa dengan berlandaskan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala, maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu. Dan pada bulan ini, dibukakan pintu-pintu surga, dilipat-gandakan pahala kebaikan dan dimaafkan kesalahan.

Bulan dikabulkannya doa umat manusia, diangkat derajat mereka dan diampuni dosa-dosa. Allah Subhanahu Wata’ala memberi hamba-hamba-Nya berbagai kemurahan dan melimpahkan kepada para wali-Nya berbagai pemberian. Dan barang siapa yang shalat malam dengan penuh keimanan dan berharap pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Pada bulan ini, terdapat suatu malam yang ibadah pada malam tersebut pahalanya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Barang siapa yang dihalangi dari kebaikan, maka dia akan dihalangi dari kebaikannya.

Di dalam puasa, terkandung manfaat yang banyak dan hikmah yang agung. Diantaranya membersihkan dan mensucikan jiwa dari akhlak yang buruk dan sifat yang tercela seperti sifat boros, sombong dan kikir. Serta membiasakan diri untuk berakhlak mulia misalnya sabar, lemah lembut, dan pemurah. Melatih jiwa untuk selalu bersungguh-sungguh, mengerjakan segala perbuatan yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala dan bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

Dengan puasa, seorang hamba lebih bisa mengendalikan hawa nafsu dan keinginannya. Menyadari kelemahan dan kekurangannya di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.

Mengingatkan akan luasnya nikmat Allah Subhanahu Wata’ala dan juga mengingatkan betapa banyak saudara-saudaranya yang lebih membutuhkan uluran tangan. Sehingga hal itu akan membuatnya menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Nikmat yang dia peroleh akan mengantarkannya untuk menjadi hamba yang ta’at dan merasakan penderitaan saudara-saudaranya yang miskin, sehingga dia berbuat baik kepadanya.

Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan bahwa Dia mewajibkan puasa kepada kita, agar kita bertakwa kepada-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa puasa merupakan wasilah/jalan menuju ketakwaan. Dan takwa mengandung makna meng-esa-kan Allah Subhanahu Wata’ala dan beriman kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada segala yang dikabarkan oleh Allah dan rasul-Nya.

Kemudian mentaati-Nya dan rasul-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan ikhlas semata karena Allah Azza Wajalla. Dibarengi dengan rasa cinta, harap dan takut hanya kepada-Nya. Maka dengan itu menjadi takutlah seorang hamba dari adzab dan murka Allah Ta’ala.

Puasa adalah cabang yang agung dari cabang-cabang ketakwaan. Cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan wasilah yang kuat menuju takwa dalam semua perkara agama dan urusan dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengisyaratkan sebagian hikmah puasa ini dalam sebuah hadist beliau yang artinya:

“Wahai para pemuda. Siapa diantara kalian yang sudah mampu (menikah), maka menikahlah, karena menikah dapat menundukan pandangan dan menjaga kemaluan, siapa yang tidak mampu (menikah) maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa merupakan perisai”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan, bahwa puasa adalah perisai bagi seorang muslim dan sarana untuk meraih ’iffah (menjaga kehormatan).

Karena sesungguhnya setan mengganggu manusia melalui aliran darah. Dan puasa akan mempersempit peredarannya. Dan dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mengagungkannya akan lemahlah kekuatan setan. Sebaliknya keimanan semakin mantap, ketaatan semakin meningkat serta memudarlah segala maksiat.

Manfaat lain yang didapat dari puasa adalah mensucikan badan dari zat-zat beracun dan menjadikan badan sehat dan kuat. Hal itu telah diakui oleh para pakar kedokteran, dengan keberhasilan mereka dalam menyembuhkan pasien dengan cara puasa cukup banyak.

Maka dari semua uraian di atas, tampaklah dengan jelas bahwa puasa merupakan pintunya ibadah menuju taman keimanan yang hakiki. Dengan membersihkan jiwa-jiwa yang kotor dan sekaligus merupakan perisai seorang beriman, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mampu mengekang kekuatan syahwat hingga setan pun tak lagi mampu mengitari hati kita yang berpuasa. Dan diatas semuanya, hanya Allah semata yang tahu seberapa besar agungnya pahala berpuasa. (*/sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *