“Kalau narasi soal ketidakpercayaan ini tidak digulirkan, saya kira tidak akan ada pembicaraan soal praktik keagamaan. Gini deh, masa sih kepemimpinan nasional terlalu mengurusi orang wudhu, ngaji dan shalat?” katanya.
Dedi mengimbau kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam Pilpres 2019 untuk mengalihkan isu ini menuju isu lain. Dia menilai pembahasan tentang visi, misi dan kinerja para calon presiden jauh lebih baik dan mencerdaskan.
“Ya, fokus saja pada pembahasan visi dan misi para capres. Kemudian, lihat juga kinerja masing-masing personal capres dan cawapres untuk bangsa ini. Itu lebih produktif dan mencerdaskan dibanding membicarakan praktik keagamaan,” katanya.
Bingkai isu pun menurut Budayawan Jawa Barat itu harus terjaga di seputar wilayah nasionalisme. Hal ini penting untuk menjaga tatanan politik kebangsaan agar tidak condong kepada salah satu agama yang dianut.
“Tatanan politik kebangsaan kita harus terjaga, nasionalisme harus dikedepankan. Kemudian, mimbar-mimbar kampanye harus terbebas dari narasi kemarahan dan kebencian,” ujarnya.
(gan)