Apesnya Guru Honorer, Mau Dapat Bantuan, Data Harus “Dibocorin” Dulu

ILUSTRASI: Kebocoran data di internet (Tech Crunch).

JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyalurkan bantuan subsidi upah (BSU) untuk pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) non-PNS. Akan tetapi, tersebar data pribadi yang diduga PTK para penerima bantuan.

Adapun data beredar tersebut di WhatsApp Group (WAG) PTK. Di mana data terlampir dengan format Microsoft Excel yang diketahui berjumlah 175 ribu nama yang terdaftar di dalamnya.

Bahkan data yang diperlihatkan terbilang lengkap, mulai dari tempat penugasan, kecamatan, Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK), Nomor Induk Kependudukan, ID BSU, nama Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), tempat tanggal lahir, nama ibu kandung, nomor HP sampai nomor rekening.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbud Abdul Kahar menuturkan bahwa saat ini pihaknya akan berkoordinasi dengan Direktorat Jendral (Ditjen) GTK. Pasalnya, semua sistem dan data berada dalam wewenang mereka.

“Saya harus konfirmasi ke Ditjen GTK dulu sebagai pengelola sistem InfoGTK ya,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat (20/11).

Ia mengatakan bahwa sebenarnya data itu tidak bisa tersebar ke publik. Sebab, data-data bersifat pribadi penerima BSU adalah rahasia. “Seharusnya tidak (tersebar ke publik data sejenis),” jelasnya.

Melanjutkan, pihaknya berkomitmen untuk terus menelusuri kebenaran data tersebut. Apabila benar, maka hal itu merupakan tanggungjawab Ditjen GTK.  “Kami sudah komunikasikan ke Ditjen GTK, karena sumber data dan upload data dalam sistem InfoGTK adalah tanggung jawab Ditjen GTK,” pungkasnya.

Sebelumnya, Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menjelaskan bahwa jika benar data penerima BSU bocor maka akan sangat merugikan.

“Sampai-sampai ada nomor induk kependudukan, nomor rekening yang bersangkutan, bahkan nama Ibu kandungnya. Kami sangat menyayangkan data pribadi ini bocor dan tersebar ke publik melalui WAG,” ucap Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim. (sai)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *