Tak Ada Jembatan, Warga Cijulang Turun Ke Sungai

Sejumlah siswa terpaksa harus bertaruh nyawa saat melintasi sungai Cibojong untuk dapat belajar ke sekolahnya.

JAMPANGTENGAH — Sudah puluhan tahun, warga Desa Panumbangan dan Desa Cijulang menyebrangi sungai tanpa jembatan, aktivitas sehari-harinya harus rela melintasi sungai Cibojong sepanjang 12 meter.

Selain itu, terdapat puluhan siswa mulai dari tingkat SDN hingga SMP terpaksa harus bertaruh nyawa saat melintasi sungai itu, untuk dapat belajar ke sekolahnya.

Bacaan Lainnya

Seorang warga Kampung Kedung, Rt (6/3) Desa Cijulang, Kecamatan Jampangtengah, Mintarsih (40) mengatakan, pembangunan jembatan untuk melintasi sungai Cibojong tersebut, sangat dibutuhkan oleh ratusan warga. Sebab, akses tersebut merupakan jalan terdekat menuju tempat publik. Seperti, sekolah, pasar, puskesmas dan area publik lainnya.

“Kasihan anak-anak disini, setiap hari harus melintasi sungai ini dengan mempertaruhkan nyawannya, walaupun sudah buka sepatu, tetapi rok atau celana panjang mereka ini tetap basah. Kalau untuk siswa di usia yang 8 tahun ke bawah, mereka selalu digendong oleh orang tuanya untuk bisa menyeberang sungai,” kata Mintarsih kepada Radar Sukabumi,  Senin (20/1).

Akibat tidak adanya akses jembatan tersebut, telah berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi warganya. Untuk itu, akses jembatan untuk melintasi sungai Cibojong ini, sangat di dambakan oleh warga dari dua desa yang ada di Kecamatan Jampangtengah itu.

“Warga disini selalu melintasi sungai tanpa jembatan. Mereka selalu melintasi sungai ini, untuk mengambil hasil pertaniannya. Seperti, padi, kayu, ubi dan lainnya. Namun, bila hujan turun dan airnya meluap, warga terpaksa harus mengintari jalan kaki dengan jarak cukup jauh,” paparnya.

Kepala Desa Panumabangan, Lalan Jaelani mengatakan, pihaknya merasa prihatin melihat kondisi warganya yang kesulitan untuk akses keluar masuk desa.

Terlebih lagi, para siswa saat hendak berangkat sekolah, mereka harus berjuang melintasi sungai dengan panjang belasan meter itu.

“Setiap hari mereka, selalu melintasi sungai ini. Iya, kalau arinya sedang surut seperti ini, sungai itu bisa dilintasi. Namun, bila hujan deras, airnya selalu meluap hingga setinggi lebih dari delapan meter. Bahkan, lahan pesawahan warga pun banyak yang terendam,” katanya.

Ratusan warga ini, sambung Lalan, terpaksa harus melintasi sungai Cikaso. Lantaran, jembatan yang terbuat dari anyaman bambu telah terbawa hanyut oleh bencana banjir bandang yang terjadi pada 2018 lalu.

“Saat itu, kami bersama warga berupaya memperbaiki jembatan itu dengan peralatan seadanya. Namun, selang berapa bulan, jembatan gantung itu kembali tergerus derasnya air sungai Cibojong,” paparnya.

Bila saat hujan deras dan airnya meluap, ratusan warga dari dua desa itu, tidak berani melintasi sungai tersebut dan mereka lebih memilih berjalan kaki untuk melintasi perkampungan Bojong Duren dengan jarak lebih dari tiga kilometer.

“Sungai ini, merupakan akses alternatif warga menuju tempat publik dan sering dilintasi warga dari tujuh perkampungan. Diantaranya, Kampung Kedung, Cibojong, Cirambutan, Cikadu, Sampalan dan Kampung Lamping jumlah jiwa sebanyak 900 orang dari jumlah Kepala Keluarga (KK) sekitar 300 KK.

Sementara untuk jumlah siswanya mulai dari tingkat SDN sampai SMP sebanyak 70 siswa. Namun, paling banyak siswa dari SMP, mereka terpaksa melintasi sungai tanpa jembatan untuk menimba ilmu ke SMP 3 Bojongtipar,” bebernya.

Dirinya menambahkan, pemerintah Desa Panumbangan sudah berupaya berulang kali mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah Kecamatan Jampangtengah hingga pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi.

Namun, hingga saat ini belum mendapatkan respon yang jelas. “Kita sudah mengusulkan untuk pembangunan jembatan ini, kepada Dinas PU Bina Marga Kabupaten SUkabumi. Namun, entah alasan apa hingga saat ini, jembatan itu belum juga dibangun,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *