Produktivitas Kedelai Lokal Sukabumi Lemah, Pengrajin Tempe Ketagihan Impor

Para petani saat melakukan penanaman kedelai di daerah Surade, Kabupaten Sukabumi. Para petani saat melakukan penanaman kedelai di daerah Surade, Kabupaten Sukabumi.

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Produktivitas kedelai di Kabupaten Sukabumi rupanya belum cukup tinggi, sehingga saat harga kedelai impor tinggi, hasil tanam kedelai di Kabupaten Sukabumi belum bisa menutupi kebutuhan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sudrajat menerangkan, hasil penanaman 2020 seluas 9800 hektar, secara umum rata-rata produktivitasnya mencapai 9800 ton kedelai. Namun, angka tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai di Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

“Di tahun 2020, ada sekitar 9800 hektare lahan ditanami kedelai oleh para petani, rata-rata hasilnya 1 ton dalam satu hektare, artinya ada 9800 hektare, tetapi memang belum bisa mencukupi kebutuhan,” jelasnya kepada Radar Sukabumi saat dihubungi, Kamis (7/1/2021).

Selain itu, para petani kedelai di Kabupaten Sukabumi lebih banyak yang memanen muda kedelai untuk direbus. Karena memang, para petani melihat lebih bernilai tinggi jika harus dibandingkan panen saat matang.

“Seperti di Jampang Kulon misalnya, para petani lebih miliki panen muda untuk kemudian di rebus karena nilainya jika dibandingkan jual saat matang lebih menjanjikan,” sebutnya.

Selain itu, tanaman kedelai merupakan urutan ketiga hasil pertanian yang dinilai para petani mempunyai nilai jual. Para petani, khususnya di Kabupaten Sukabumi lebih memilih menanam padi dan jagung ketimbang kedelai.

“Sebenarnya, daerah Kabupaten Sukabumi ini cukup cocok untuk tanaman kedelai, tetapi lebih kepada keinginan para petaninya dan kapabilitas petani,” ujarnya.

Selain itu, pada pengrajin tempe dan tahu lebih memilih kedelai impor ketimbang lokal. Karena memang, dari ukuran memang kedelai impor lebih besar sehingga lebih dipilih pengrajin.

“Para pengrajin tempe itu lebih milih kedelai impor ketimbang lokal karena ukurannya lebih besar, kalau untuk tahu memang masih bisa. Makanya, kedelai lokal dijual lima ribu perkilogram pun masih cukup sulit,” terangnya.

Adapun daerah yang telah dianggap berhasil menanam kedelai mulai dari Kecamatan Cibitung, Surade dan Kecamatan Jampang Kulon. Sedangkan daerah sisanya hanya pengembangan.

“Kalau daerah pengembangan kan namanya juga ini coba, memang ada yang berhasil dan sebaliknya. Mungkin karena nilai secara ekonomisnya kurang dibandingkan dengan padi sehinga para petani lebih pilih tanam padi,” pungkasnya. (upi/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *