Geopark Ciletuh Berkembang, 10 Anak Dibawah Umur Hamil Diluar Nikah

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Yani Zatnika Marwan

CIEMAS — Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Yani Zatnika Marwan menyebutkan ada 10 anak dibawah umur asal Kecamatan Ciemas yang mengalami diluar nikah. Menurut istri nomor satu di Kabupaten Sukabumi data tersebut terhitung sejak awal Januari 2019 sampai November 2019.

“Lebih mirisnya, anak yang hamil diluar nikah itu, kondisinya sekarang ada sebagian yang sudah melahirkan. Sementara, untuk penyebab anak di bawah umur yang melakukan seks pranikah itu, akibat kemajuan teknologi dan pergaulan bebas.

Bacaan Lainnya

Sekarang anak-anak sudah punya ponsel pintar dan dengan bebas mengakses internet. Sementara itu, peran keluarga dalam mengawasi aktivitas anak masih sangat kurang,” jelas Yani kepada radarsukabumi, Rabu (11/12).

Setelah mendapatkan laporan, pihaknya mengaku bersama tim dari P2TP2A Kabupaten Sukabumi langsung turun ke lapangan untuk melakukan pencegahan. Salah satunya memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap setiap Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menenga Atas (SMA) yang diduga rawan terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual. Seperti Kecamatan Ciemas, Ciracap dan Kecamatan Surade.

“Memang wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi ini, rawan terjadinya kasus pernihakan dini. Apalagi, kecamatan yang masuk pada wilayah Geopark Ciletuh Palabuhanratu,” ujarnya.

Semenjak wilayah Geopark Ciletuh Palabuhanratu berkembang pesat, sambung Yani, khsusunya sejak kebaradaannya diakui oleh dunia, maka banyak terjadi perubahan sosial dan budaya di wilayah tersebut. Selain itu, maindset masyarakat di wilayah tersebut juga banyak yang berubah.

Seperti masyarakat yang biasanya bermata pencaharian sebagai buruh petani, namun setelah ada objek wisata Geopark Citeluh, mereka banyak yang bekerja dan membangun home stay di sekitaran lokasi wisata. Sehinga mereka lebih mudah mendapatkan pengahsilan tambahan.

“Tetapi bila tidak ditunjang dengan pendidikan karakter, khususnya bagi anak-anak, hal ini bisa menyebabkan faktor negatif, karena yang datang untuk berkunjung ke daerah Geopark itu bukan hanya dari wistawan lokal saja, tetapi wisatawan domestik juga banyak yang berkunjung. Bahkan sampai wisatawan dari manca negara datang Geopark Ciletuh untuk menikamti keindahan panorama alamnya,” bebernya.

Kondisi tersebut, ujar Yani, tentu sangat mempengaruhi para remaja yang jiwanya masih labil. Sehingga perilaku mereka banyak yang menyimpang. Orientasi yang sebelumnya, saling mengenal bergeser menjadi aktivitas seks. Hal ini, menurutnya sangat sulit diterima dengan akal sehat.

“Kami sangat sedih mengetahui anak berumur 14 sudah pacaran. Disertai pula dengan prilaku yang menyimpang,” imbuhnya.

Apabila tidak siaga sedari sekarang, menyaksikan anak dengan keterbelakangan mental akan menjadi tontonan mengerikan. Orangtua, guru, dan pemerintah harus lebih peka, bukan saling lempar tanggung jawab.

“Semua masyarakat harus peduli. Untuk itu, kami meminta kerjasamanya dengan seluruh stakehoalder, mulai dari orangtua, pihak sekolah tokoh masyarakat, pemerintah desa hingga pemerintah kecamtan untuk bersama-sama menjaga para remaja sebagai generasi penerus bangsa agar tidak terjerumus dengan prilaku yang menyimpang,” pintanya.

Sementara itu, Pengamat kebijakan publik Sukabumi, Asep Deni mengatakan, bila dilihat secara menyeluruh, memang saat ini kasus anak di bawah umur yang melakukan seks pranikah, bukan hanya terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi saja, tetapi secara nasional kasus tersebut memang mengamali peningkatan.

Menurutnya, ada lima penyebab yang mendominasi anak hingga terjerumus pada prilaku penyimpangan, khususnya anak dibawah yang melakukan seks diluar pernikahan. Seperti pengaruh media internet dan media elektoronik televisi serta internet yang banyak menyiarkan film yang tidak mendidik.

Seperti konten foto maupun video yang berbau pornografi. Sehingga, tidak heran jika banyak anak yang baru usia SD sudah melakukan pacaran.

“Selain itu, akibat pengaruh dari lingkungan. Seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan wisata. Apalagi, di wilayah Sukabumi Selatan sekarang sedang ramai diperbincangka soal keberadaan objek wisata Geopark Ciletuh,” katanya.

Minimnya Pendidikan moral dan pendidikan agamanya, sambung Deni, juga memiliki pengaruh bersar terhaap pola pikir hidup anak. Bukan hanya itu, minimnya pengatahuan anak soal alat reproduksi atau pendidikan yang berkaitan dengan seksualitas juga sangat berperan aktif mendominasi anak dalam prilaku menyimpang.

“Anak-anak zaman sekarang, kebanyakan tidak mengetahui soal bahayanya seks bebas. Sehingga, anak yang merupakan usia puber itu, ingin mengetahui segala sesuatunya, karena tingkat libidonya sangat tinggi. Sehingga tak heran jika mereka melakukan prilaku seks yang menyimpang dengan rasa tidak berdosa,” bebernya.

Dirinya menambahkan, minimnya pengwasan dari orangtua, pihak sekolah dan pemerintah juga sangat mempengaruhi terjadinya anak melakukan seks di luar nikah. untuk itu, seluruh stakeholder harus berperan aktif dan meberikan sosialassi, khsusunya orangtua dan media elektronik televisi dan internet harus memberikan edukasi terhadap anak-anak.

“Iya, salah salatu contohnya pihak pendor pemilik media internet harus bisa menyaring semua konten yang berbau pornografi dan harus mendidik,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *