Sukabumi Siap Pasok Cabai dan Bawang Merah ke Jabodetabek

Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, Kepala Distan Kabupaten Sukabumi, Sudrajat foto bersama dengan petani bawang merah di Desa Loji, Kecamatan Simpenan.

SUKABUMI – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura mengambil langkah cepat, dalam memastikan ketersediaan pasokan komoditas cabai dan bawang merah hingga tiga bulan ke depan.

Hasil pemantauan langsung ke lapangan, produksi cabai dan bawang merah di Sukabumi terpantau aman dan siap memenuhi kebutuhan Jabodetabek.

Bacaan Lainnya

Kepala Seksi (Kasi) Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi Deni Ruslan mengatakan bahwa penanaman cabai dan bawang merah di wilayahnya telah merata. Hasil panen tersebut pun dapat memenuhi keutuhan di pasar lokal setempat, bahkan surplus hingga dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati dan Tanah Tinggi.

“Untuk bulan ini produksi cabai dan bawang merah memang masih rendah karena musim hujan yang mundur menyebabkan jadwal tanam mundur. Produksi akan terus meningkat hingga tiga bulan ke depan, puncaknya di Februari.

Bulan ini produksi aneka cabai sebesar 825 ton sedangkan untuk Februari sampau Maret lebih tinggi yakni 1.115 ton hingga 1.264 ton,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (14/1).

Produksi bawang merah di bulan ini sebanyak 11 ton dan diprediksi akan terus meningkat. Sedangkan, produksi di Februari mendatang diperkirakan menjadi 40 ton dan Maret 150 ton.

“Harga jual cabai rawit hijau saat ini Rp14 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram, cabai merah keriting Rp35 ribu per kilogram dan bawang merah rogol kering tiga hari Rp20 ribu sampai Rp22 ribu per kilogram.

Terlihat dari potensi produksinya, kita perkirakan bulan depan harga cenderung turun,” ucapnya.

Selain itu, Ketua Kelompok Tani Harapan Makmur Kecamatan Jampang Kulon, Endang menuturkan bahwa produksi cabai sampai Maret tidak bermasalah. Umur tanaman cabai saat ini berkisar antara 2 sampai 4 bulan, di mana beberapa tanaman ada yang sudah panen dan sisanya masih berbunga.

Salah satu petani di kawasan tersebut, Dadan pun mengakui kalau kondisi komoditas dua tanaman tersebut cukup bagus.

“Jarang ada yang terkena penyakit. Selain itu, petugas juga selalu memberikan bimbingan mengenai pengendalian organisme pengganggu tanaman ramah lingkungan,” terang dia. (sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *