Ekspor Jambu Kristal Dihentikan, Terdampak Covid 19

Mahasiswa dari perguruan tinggi saat study banding untuk belajar budidaya tanaman jambu kristal di wilayah Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar.

CIKEMBAR — Merebaknya wabah virus corona atau Covid 19, bukan hanya menjadi ancaman mematikan bagi manusia, tapi juga berpengaruh besar terhadap ekonomi. Salah satu yang terkena dampaknya adalah petani jambu kristal. Pasalnya, semenjak dinyatakan pandemi Covid 19 mereka kini tak bisa lagi mengekspor hasil panennya ke luar negeri. Seperti ke Negara Malaysia dan Negara Abu Dhabi.

Ketua Asosiasi Petani Jambu Kristal Bojong Farm Cikembar, Hima Imaduddin Malik mengatakan, saat ini dari lahan seluas enam hektare yang ditanami jambu kristal di daerah Desa Bojongkembar, hampir seluruhnya di jual ke pasar lokal.

Bacaan Lainnya

Agar tak rugi parah, pihaknya terpaksa melempar barang kualitas ekspor ke pasar dalam negeri. Pasalnya, jika tak juga dikirim, buah jambu tersebut berpotensi busuk dan tak bisa dikonsumsi. Namun masalahnya, harga jual di pasar dalam negeri tentu lebih murah, jika dibandingkan dengan harga ekspor.

“Dari pada rugi seluruhnya, akhirnya kami jual dengan harga murah ke pasar lokal dengan harga jual sekitar Rp25 ribu per kilogramnya. Sementara untuk harga ekspor, biasanya dijual dengan harga Rp50 ribu perkilogram,” kata Hima, Minggu (26/7)

Selain di jual ke pasar lokal, sambung Hima, untuk mengantisipasi kerugian akibat pandemi Covid 19 ini, Asosiasi Petani Jambu Kristal Bojong Farm Cikembar telah menjalin kerjasama dengan puluhan petani setempat untuk melakukan pembenahan atau penataan lahan pertanian jambu kristal untuk di jadikan sebagai kawasan agro wisata.

“Alhamdulillah, banyak pengunjung yang datang ke sini. Mereka selain dapat kenikmatan panorama alam dan susana pedesaan yang masih asri, mereka juga dapat memetik secara langsung buah jambu dari tangkainya,” paparnya.

Kawasan agro wisata ini, ujar Hima, selain banyak dikunjungi para petani dari luar daerah Kabupaten Sukabumi, juga tidak sedikti mahasiswa dari perguruan tinggi yang datang ke lokasi tersebut untuk melakukan study banding soal budidaya tanaman jambu kristal.

“Kalau untuk agro wisata, kami hanya buka setiap Sabtu dan Minggu saja. Itu pun kuota pengunjungnya dibatasi jangan sampai lebih dari 20 orang,” bebernya.

Untuk meningkatkan daya tarik para wisatawan, lahan pertanian jambu kristal juga dijadikan sebagai wahana edukasi untuk warga, khususnya para petani untuk belajar budidaya tanaman jambu kristal.

“Baru-baru ini, sejumlah petani dari daerah Semarang Jawa Tengah telah datang ke sini untuk belajar dan studi banding. Bahkan, beberapa perguruan tinggi dari mahasiswa dan dosennya, juga ada yang ke sini.

Mereka belajar study banding pertanian soal olah tanam budidaya jamu kristal dan belajar pemasaran mengenai ekspornya,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *