“Ada 31 adegan, malam itu saat penyiksaan, sebelum B kehilangan nyawa. Namun baru adegan ketiga, DN ini merasa sakit, makanya diperankan pengganti. Semua gerakan dilakukan lancar untuk mengungkap fakta sebenarnya,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Hasilnya, jelas Herwanda, terbukti telah terjadi beberapa kekerasan tehadap korban. Di antaranya adegan 12, saat pelaku mencekoki korban dengan cabai rawit ke mulutnya. Sadisnya, itu dilakukan saat pelaku sedang men-strap korban yang disuruh berdiri dengan alasan supaya kuat dan tahan banting. “Sambil berdiri dicekoki. Nah di adegan 13, pelaku menendang perut korban sampai mental lah kena tembok. Di situ si ibu disuruh ngangkat korban ke tempat tidur,” paparnya.
Kesakitan, BIB pun dibopong ke tempat tidur. Mirisnya, sang ibu malah membiarkan dan seakan cuek melihat anaknya menerima siksaan Dion. “Pas tidur itu, sempat juga digigit kan,” ujarnya.
Saat malam mulai berganti pagi, tutur Herwanda, korban sempat dibangunkan untuk makan bersama. Namun diduga karena ada masalah dengan pencernaannya, korban muntah-muntah dan tidak menerima masukan makanan apa pun yang masuk ke mulutnya.
“Di situ mulai panas, muntah-muntah. Si pelaku sempat bilang, ‘urus tuh’. Tak lama dia pergi dengan alasan kerja. Kemudian sekitar jam sembilan, ibu korban keluar dan minta tolong warga. Tapi alasannya bukan dipukul, tapi anaknya jatuh dari kamar mandi,” ungkapnya.
Menurut pengakuan ibu korban, ia terpaksa diam saja karena takut berkelahi dengan pacarnya itu. Demi menjaga hubungan dengan kekasihnya itu, D tega menumbalkan anak kandungnya hingga habis disiksa. Sehingga saat penyiksaan berlangsung selama mereka kumpul kebo di tempat kos itu, D diam saja. Dari 31 adegan rekonstruksi, semua sesuai keterangan yang tertera dalam BAP. “Penyebab belum pasti ya, harus menunggu hasil autopsi. Kami membuka apa yang terjadi dan kemungkinan penyebabnya,” terangnya.