Dari Industri Pesawat Terbang ke Universitas Nusa Putra

Ia malang melintang bekerja di dunia engineering di berbagai perusahaan, dari mulai konsultan hingga sebagai Deputy Engineering Design perusahaan produsen pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia atau PTDI, Bandung. Kini, Agus Darmawan menjadi  Dosen Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Hukum dan Keguruan, Universitas Nusa Putra (NPU).

Berikut hasil lengkap wawancara Radar Sukabumi dengan Agus pada Sabtu, 6 Oktober 2018, di ruang kerjanya, Lantai 5 Gedung A Kampus NPU, Jalan Raya Cibolang, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya
  1. Pada usia yang tidak lagi muda, apa alasan dan warisan yang ingin Anda berikan kepada generasi muda?

Ilmu dan pengalaman. Kalau bukan anak bangsa yang membangun, lalu siapa lagi? Sekarang insinyur tidak terbatas pada engineering tapi juga ekonomi, politik, dan lainnya. Semua harus diperhitungkan tidak diserahkan kapada kebetulan semata, semua ada aturannya. Jika tidak, maka nobody work.

  1. Bisa ceritakan tentang pengalaman Anda bekerja di industri pesawat terbang?

Dari tahun 1976 kami di PT Dirgantara Indonesia atau PTDI (sebelumnya bernama PT Nurtanio kemudian berubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara/IPTN-saat itu), melakukan terobosan dengan  melakukan lompatan program, bagaimana membuat pesawat bekerja sama dengan CASA di Spanyol selama satu periode awal. Program pertama kita merakit pesawat komponen, dari Spanyol dibawa ke Indonesia untuk dirakit.

Kemudian pada tahun 1980, kita juga mulai melakukan kerja sama mendisain pesawat CN235, sebuah model pesawat transportasi untuk 45 penumpang menggunakan dua mesin. Polanya manupaktur 50%-50%, begitupun dengan marketingnya.

Saat itu, mencari tenaga profesional di Bandung cukup sulit mengingat gaji yang ditawarkan terbatas. Tapi dengan seadanya itu pak Burhanudin Jusuf Habibie selalu memberikan semangat, “Pasti bisa. Pasti bisa,” (menirukan ucapan BJ Habibie). Dengan personil terbatas, pada tahun 1983 akhirnya bisa terwujud.

Nah, pada akhir 1980 kita juga mampu mendisain pesawat N-250 sendiri. Walaupun proyek N-250 sempat dihentikan oleh International Monetary Fund (IMF) karena krisis ekonomi dunia termasuk Indonesia pada tahun 1998.

Tahun 2000-an, walaupun perusahaan tengah diguncang masalah, tetapi yang membeli pesawat masih ada. Jadi walaupun saat itu banyak yang bilang perusahaan sudah ditutup, tapi kami masih memproduksi pesawat untuk melayani konsumen dalam negeri, dalam hal ini TNI Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.

  1. Menarik, bisa ceritakan tentang pesawat N-250?

N-250 merupakan jenis pesawat untuk penumpang sipil regional komuter turboprop dengan 50-60 seat. Pesawat ini rancangan asli IPTN. Kode N pada namanya berarti Nusantara, ini menunjukkan bahwa disain, produksi, dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. Panjang pesawat N-250 hanya 26 meter dan menggunakan mesin Rolls-Royce AE 2100.

Pesawat ini diberi nama N-250 Gatotkaca, dan berhasil melakukan terbang perdana (first flight) pada 10 Agustus 1995 yang disaksikan langsung Presiden Soeharto. Sangat mengharukan, menyaksikan langsung pesawat baling-baling bermesin turboprop buatan lokal bisa terbang di langit.

Oya, N-250 dibuat empat versi, yakni prototipe pertama N-250 PA-1 dengan versi Gatotkaca diluncurkan Agustus 1995, dan N-250 PA-2 diberi nama versi Krincing Wesi yang diluncurkan Agustus 1996.

Sayangnya, sebelum memasuki fase produksi atau masih menjalani proses sertifikasi (Type Certificate) dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), proyek N-250 terpaksa ‘dimatikan’ pada tahun 1998. Saat itu, Presiden Soeharto atas rekomendasi IMF meminta proyek N-250 dihentikan.

Kini, dua pesawat N-250 terparkir dan menjadi besi tua pada apron milik PTDI di Bandung. Sementara, pesawat sejenis buatan pabrikan Eropa, ATR justru merajalela dan dipakai maskapai RI untuk melayani penerbangan hingga pelosok negeri.

  1. Setelah dari PTDI Anda bekerja di mana?

Selepas dari PTDI saya bekerja di PT Astra Otopart di Jakarta, PT Pakarya Enginering & Services, juga masih di  Jakarta, kemudian menjadi Konsultant di PT Surveyor Indonesia, PT Mutiara Anugerah Lestari, dan PT Data Aksara Marta semuanya di Jakarta.

Saya juga pernah bekerja di PT Global Mandiri Engineering di Jakarta, lalu kembali ke Bandung, bekerja di PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE), kemudian di PT Manunggal Air Service di Jakarta.

  1. Terakhir menjadi dosen di Universitas Nusa Putra?

Betul, saat ini menjadi Dosen Program Studi Teknik Mesin di Universitas Nusa Putra. Berbagi ilmu dan pengalaman, terutama kepada generasi muda Sukabumi.

AGUSGRAFI

Tempat Tgl Lahir: Gombong, 9 Agustus 1953

Alamat Jl. Stadion Suryakencana Blok B/No.2 Sukabumi 4313, Jawa Barat

e-Mail: [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Mechanical Engineer., Institude Technology Of Bandung, Bandung Indonesia
M.Eng, Oxford University, England

  1. SD Santo Yusuf, Kota Bandung, lulus tahun 1967
  2. SMP Negeri II Kota Bandung, lulus tahun 1970
  3. SMA Negeri II Kota Bandung, lulus tahun 1973
  4. Institut Teknologi Bandung (ITB), Mechanical Engineer (Motor Bakar & sistem propulasi) lulus tahun 1980
  5. Master of Mech. Engineering (Oxford University, England graduated 1984

RIWAYAT PEKERJAAN

  1. PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace Industri) sebelumnya bernama PT Nurtanio kemudian menjadi PT IPTN, Bandung, Indonesia
  2. PT Astra Otopart, TBK, Automotif part Industry, Jakarta Timur, Indonesia
  3. PT Pakarya Enginering & Services, Jakarta Pusat, Indonesia
  4. Konsultan di PT Surveyor Indonesia, Jakarta Selatan, Indonesia
  5. Konsultan di PT Mutiara Anugerah Lestari, PT Data Aksara Marta
  6. PT Global Mandiri Engineering, Jakarta Indonesia
  7. PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE) Bandung, Indonesia
  8. PT Manunggal Air Service, Jakarta, Indonesia
  9. Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Nusa Putra, Kabupaten Sukabumi, Indonesia.

Mengenal Wajib Magang dan Program 3-2-1 Prodi Teknik Mesin

Kemajuan tek­nologi yang bergerak sangat cepat, khususnya di bidang manufaktur, nyaris mustahil dapat diben­dung. Namun pada sisi lain, juga dibutuhkan kesiap­an ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan du­nia industri saat ini dan di masa yang akan datang.

Selain itu, cepatnya kemajuan teknologi yang terjadi juga mendorong terbuka­nya peluang dan kesempatan kerja baru pada sektor industri. Tentunya tuntutan tersedia­nya SDM yang memiliki kompetensi sesuai kebutuh­an dunia industri.

“Kondisi tersebut menjadi tantang­an tersendiri, khususnya bagi Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Universitas Nusa Putra (NPU), untuk melakukan ­inovasi dalam mencetak SDM andal yang dibutuhkan industri,” jelas Kepala Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Desain, NPU, Yudi Nata.

Dosen yang karib disapa Yudi ini juga menjelaskan kepada Radar Suka­bumi bahwa setelah mengamati ba­nyak tantangan yang ada, Prodi Teknik Mesin NPU telah menyiap­kan banyak program dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusannya.

Ditambahkannya, semua program disiapkan tidak sekadar jawaban atas tantangan yang ada. Tetapi memang merupakan kewajiban lembaga pendi­dikan dalam upaya melahirkan lulus­an yang memiliki kompetensi dan siap menghadapi persaingan global.

Program 3-2-1

“Mengacu pada program pendidikan tinggi tentang pendidikan vokasional, Jurusan Teknik Me­sin mene­rapkan pola 3-2-1 yakni, tiga semester belajar di kampus, dua semester magang di dunia industri, serta satu semester lagi belajar di kampus, untuk menyelasaikan tugas akhir,” yakin Yudi.

Selain itu, jelas pria berkacamata itu, selain kepada seluruh mahasiswa­nya, pe­ning­katan kompetensi telah lebih dahulu diterap­kan kepada semua dosen. Hal tersebut dilakukan agar semua dosen me­miliki kompetensi yang up to da­te.

Wajib Magang dan Double Degree

Kunjungan dosen Universitas Nusa Putra (NPU) dan tutor mitra luar negeri secara rutin ke tempat kerja, sebagi upaya pihak kampus dalam menjaga kualitas dan keamanan peserta magang di luar negeri.

“Kegiatan magang selama dua semester menjadi kewajiban yang harus diikuti mahasiswa Teknik Mesin NPU. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat me­ma­hami situasi dan kondisi riil dunia industri. Sehingga usai meng­ikuti magang, mahasiswa diharap­kan sudah memiliki kompetensi dan siap terjun ke dunia kerja,” imbuh pria kelahiran Sukabumi, 14 Agustus 1970 itu.

Hingga saat ini, lanjut Yudi, NPU sudah memberangkatkan ratusan ma­hasiswa Teknik Mesin untuk magang ke Taiwan dan Jepang atas permintaan perusahaan di kedua negara itu.

“Selain magang juga diberangkatkan mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di luar negeri, seperti pada hari Senin (8/10/2018) diberangkatkan mahasiswa NPU yang mengambil program Double Degree atau dua gelar sekaligus, dari Universitas Nusa Putra dan Ming Dao University, Taiwan,” pungkas alumni Universitas Pasundan, Bandung itu”.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *