Korban Banjir, Hari Pertama Sekolah Menjemur Buku, Belajar di Tenda

OBOH: Nadiem Makarim saat menyambangi SDN Cirimekar 2, Cibinong, Kabupaten Bogor, kemarin. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)

Banyak siswa yang belum bisa masuk karena kediaman mereka juga terendam banjir. Untuk sekolah yang gedungnya roboh, proses belajar-mengajar akan numpang dulu di sekolah lain.

SHAFA NADIA, Jakarta – AGAS PUTRA HARTANTO, Kabupaten Bogor, Jawa Pos

Bacaan Lainnya

BAU lumpur masih menyengat begitu memasuki gerbang sekolah berbentuk panggung itu. Lantai kotor. Barang-barang berserakan. Dan, di sana-sini, berbagai macam tanaman tampak mati.

’’Sudah sejak 1998 awal sekolah ini dibangun sengaja didesain panggung untuk menghindari banjir,’’ jelas Wakil Kepala SDN Kebon Baru 11 Jakarta Sumarni kepada Jawa Pos.

Sekolah tersebut memang langganan banjir sejak dulu. Maklum, lokasinya di samping bawah Sungai Ciliwung.

Jadi, ketika curah hujan begitu tinggi mengguyur Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi pada awal tahun ini, SDN Kebon Baru 11 pun langsung terendam. Dan, sisa banjir besar itu masih berserakan saat para siswa mulai masuk lagi kemarin (6/1) setelah libur Natal dan tahun baru.

Terutama tentu di bagian bawah karena derasnya hantaman air. Selain itu, aspal lapangan yang sudah gompal.

Sekolah itu memang juga sempat dijadikan tempat pengungsian oleh warga sekitar pada Rabu (1/1) hingga Jumat sore (3/1). Sebab, hanya sekolah itulah yang tinggi di antara bangunan-bangunan serta rumah-rumah di sekitarnya.

Kemarin siswa yang hadir pun belum banyak. Sebab, di antara total 318 siswa, 256 siswa rumahnya juga kebanjiran. ”Memang, sebagian besar anak-anak kami rumahnya juga dekat sini, di bantaran Kali Ciliwung. Yang sudah masuk berarti mereka sudah mendapat bantuan dari pihak luar tempat anak-anak itu mengungsi,” ungkap Sumarni.

Meski siswa yang hadir sedikit, Sumarni tetap mengintruksi guru-guru untuk tetap mengadakan kegiatan belajar-mengajar (KBM). Yang diadakan di lantai 2 sekolah yang di sana-sini juga masih disesaki tumpukan buku dan barang. Dan, tak berlangsung selama seperti jam sekolah seperti biasanya.

Sebelum KBM dimulai, warga sekolah juga diperintah untuk bekerja bakti membersihkan ruang kelas. Sehari sebelumnya, sekolah dengan luas tanah 2.515 meter persegi itu dibersihkan dengan bantuan penjaga sewilayah Kebon Baru.

Dari data Dinas Pendidikan DKI Jakarta, ada 211 sekolah yang terendam air selama banjir bandang awal tahun ini. Tak heran, bukan cuma SDN Kebon Baru 11 Jakarta yang belum bisa sepenuhnya menjalankan KBM kemarin.

Di SDN Manggarai 03 Jakarta, saat jam sekolah mulai, sejumlah murid juga terlihat mengangkat buku-buku pelajaran mereka yang basah. Lalu menjemurnya di depan kelas masing-masing.

Ada pula yang mengepel lorong sekolah hingga ke ruang kelas. Sedangkan guru-guru memindahkan lemari-lemari di ruang perpustakaan. ”Hari ini sudah mulai belajar sebenarnya. Hanya, belum efektif. Jadi, kami nyambi di sini,” terang Sri Kadarti, kepala SDN Manggarai 03 Jakarta, kepada Jawa Pos.

Setidaknya ada 101 siswa dari 288 peserta didik yang rumahnya terendam banjir sehingga sebagian belum bisa masuk sekolah. Mayoritas rumah anak didiknya memang berlokasi di sekitaran Manggarai, tepatnya di depan Stasiun Manggarai samping kali. ”Yang sudah masuk hari ini (kemarin) berarti mereka sudah dapat bantuan dari pihak luar tempat anak-anak itu mengungsi,” katanya.

Beberapa waktu lalu Kepala Bidang SD dan PKLK Dinas Pendidikan (Dispendik) DKI Momon Sulaeman menyatakan, terkait dengan peralatan praktik yang rusak, sekolah bisa langsung memperbaiki dengan menggunakan anggaran-anggaran sekolah. Dia menyatakan, dispendik tidak bisa memberikan bantuan anggaran untuk kerusakan material yang terjadi.

”Karena memang dana perawatan sekolah itu menggunakan bantuan operasional sekolah (BOS) ataupun bantuan operasional pendidikan (BOP),” tegasnya.

Di Bogor, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menyambangi SDN Cirimekar 2, Cibinong, kemarin. Bangunan sekolah tersebut roboh seusai diterjang hujan deras pada 1 Januari lalu.

Tiga ruang kelas (kelas IV, V, dan VI), satu ruang guru, dan ruang komputer ambruk. ”Pukul 04.30 saat hujan deras, ada petir. Menurut informasi penduduk sekitar, langsung bruk gitu aja,” terang Kepala SDN Cirimekar 2 Siti Choeriah.

Begitu tiba di lokasi, Nadiem yang didampingi Siti langsung berjalan menyusuri reruntuhan bangunan. Mengecek ruangan dan menyisir sisi luar bangunan gedung yang ambruk itu. Langkah menteri termuda Kabinet Indonesia Maju tersebut kemudian menuju tenda darurat yang didirikan di lapangan sekolah.

Nadiem menyapa 203 siswa yang belajar di sana. Dia meminta anak-anak untuk bersabar menghadapi musibah yang menimpa sekolahnya. ”Untuk sementara ini di tenda, ya. Nanti kami berikan bantuan untuk segera direhabilitasi supaya adik-adik bisa sekolah kembali di dalam ruangan,” ucap Nadiem menenangkan para siswa.

Kemendikbud akan memberikan bantuan berupa 100 paket sekolah kepada pihak sekolah. Isinya, antara lain, school kit yang berupa seragam sekolah, Pramuka, alat tulis, dan tas.

Ada pula 600 eksemplar modul belajar mandiri, 150 eksemplar materi esensial, serta 1 unit tenda kelas darurat. ”Buku-buku tersebut sebagai bahan belajar adik-adik semua supaya tidak ketinggalan pelajaran,” tutur mantan bos Gojek tersebut.

Siti menuturkan, hari pertama masuk sekolah, 203 siswanya harus belajar di dalam tenda dengan sistem pembelajaran kelas rangkap. Menggabungkan pembelajaran siswa kelas I, II, dan III pada sesi pagi. Kemudian, siswa kelas IV, V, dan VI pada sesi berikutnya sampai pukul 11.00.

Kemarin kegiatan belajar-mengajar belum sepenuhnya berjalan. ”Have fun saja. Situasi juga belum kondusif,” terangnya.

Rencananya, selama proses pembangunan kembali, siswa SDN Cirimekar 2 numpang belajar di SDN Cirimekar 1. Saat ini seluruh guru dan staf sedang mengurus pemindahan tersebut. Siti menyatakan, setidaknya dibutuhkan waktu 2–3 tiga hari. Paling cepat Kamis (9/1) sudah menempati ruang kelas SDN Cirimekar 1.

Di sana, lanjut Siti, seluruh siswanya akan melakoni kelas siang. Jam pertama pelajaran dimulai pukul 12.00 dan berakhir pukul 16.00. ”Komunikasi (dengan kepala SDN Cirimekar 1) sudah lewat grup WhatsApp. Sudah dilaporkan kelanjutannya,” terangnya.

Siti menaksir kerugian akibat robohnya gedung sekolahnya mencapai Rp 882 juta. Dia tidak menampik bahwa sekolahnya berdiri di tanah labil. Lokasi sekolah yang di berada di pinggir Kali Baru membuatnya rawan longsor.

Sebab, tepi sungai tersebut tidak dibangun tembok penahan tanah. ”Toilet belakang itu tanahnya sudah retak. Sudah tidak bisa digunakan sekarang,” ucapnya sambil menunjukkan retakan itu.

Maulana Hafizd, guru kelas VI, menerangkan, bangunan sekolah tersebut rampung dikerjakan pada 2012. Namun, kualitas bangunan yang diharapkan mampu bertahan hingga 20 tahun ternyata tidak seperti yang diharapkan. Tidak ada tanda-tanda roboh sebenarnya.

Meski demikian, dia mengaku sudah ada beberapa bagian plafon yang mengelupas. Rangka baja ringan yang menopang atap bangunan seharusnya tidak ditindih genting yang terbuat dari tanah liat. Seharusnya menggunakan atap galvalum. ”Genting tanah liat lebih berat. Ya (bangunannya) tidak sesuai standar,” ujar Maulana.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *