Harga Cabai Tinggi, Nilai Inflasi Belum Pasti

Sekretaris TPID, Cecep Mansyur
Sekretaris TPID, Cecep Mansyur

CIKOLE – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Sukabumi belum bisa memastikan nilai inflasi diakibatkan adanya beberapa harga bahan pokok penting (bapokting) alami penaikan harga. Terutama pada komoditi jenis cabai-cabaian yang terpantau hampir setiap pekan alami kenaikan harga.

Seperti halnya dengan cabai rawit merah yang saat ini berada dikisaran Rp80 ribu per kilogramnya. “Kita belum bisa menghitung, berapa besar nilai inflasi dari beberapa komoditas yang alami kenaikan harga,”ujar Sekretaris TPID Kota Sukabumi Cecep Mansur, Senin (20/01).

Bacaan Lainnya

Namun yang pasti lanjut Cecep, TPID akan terus melakukan analisa terhadap sumber atau potensi tekanan, dan melakukan inventarisasai data dan informasi perkembangan harga barang jasa secara umum melalui pengamatan terhadap perkembangan inflasi di daerah.

“Termasuk diantaranya, mengnalisis stabilitas permasalahan perekonomian daerah, yang dapat mengganggu stabilitas harga dan keterjangkaun barang dan jasa,”terangnya.

Disisi lain, TPID juga akan terus mengoptimalkan penyediaan, pemanfaatan dan diseminasi data dan informasi mengenai produksi, pasokan dan harga. Khusunya komoditas bahan pokok yang kredibel dan mudah diakses masyarakat.

“Kita (TPID), juga melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan daerah untuk mengatasi permasalahan keterjangkauan barang dan jasa, melalui forum Rapat koordinasi wilayah TPID, rapat pusat dan daerah, serta rapat koordinasi nasional TPID. Hal tersebut merupakan slaah satu tugas dan kewajiban kita sebagai TPID,”ujarnya.

Sementara itu, di Bulan Desember Kota Sukabumi alami inflasi sebesar 0,33 persen. Pemicunya diakibatkan adanya kenaikan harga beberapa komoditas, terutama pada lima kelompok pengeluaran.

Yaitu, kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kesehatan, sandang dan perumahan. Kemudian kelompok air, listrik, gas dan bahan bakar.”Desember inflasi kita sebesar 0,33 persen. Kalau inflasi tahun kalender (year to date) sampai dengan bulan Desember 2019, sebesar 2,33 persen,”ujarnya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi, secara umum, komoditas yang menyumbangkan andil inflasi dan deflasi di Desember tahun 2019, tercatat sebanyak 115 barang dan jasa dalam paket komoditas yang mengalami perubahan harga di bulan tersebut. Dimana sebanyak 76 barang dan jasa mengalami kenaikan harga, dan 39 lainya mengalami penurunan.

Lanjutnya, Ada 10 komoditas yang memiliki andil inflasi dan deflasi tertinggi di bulan Desember 2019.

Kalau inflasi disumbangkan oleh telur ayam ras sebesar 0,1815 persen, bawang merah 0,0602 persen, tomat sayur 0,0508 persen, rokok kretek 0,0289 persen, rokok kretek filter 0,0191 persen, minyak goreng 0,0118 persen, rokok putih 0,0100 persen, nasi dengan lauk 0,0088 persen, air kemasan 0,0078 persend danan martabak sebesar 0,0070 persen.

“Sedangkan deflasi disumbangkan oleh daging ayam ras sebesar 0,0282 persen, ketimun sebesar 0,0202 persen, jeruk sebesar 0,0134 persen, jengkol 0,0130 persen, cabai merah 0,0084 persen, buncis 0,0084 persen, emas perhiasan 0,0068 persen, ikan teri 0,0044 persen dan nila sebesar 0,0043 persen,”pungkasnya. (bal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *