Komisi V DPRD Jabar Dorong Pembangunan Panti Sosial ODGJ

Abdul Muiz Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat
Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat dari Fraksi Partai PKS Abdul Muiz pada saat melakukan silaturahmi dengan salah satu masyarakat beberapa waktu lalu. (foto: handi Radar Sukabumi)

SUKABUMI – Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat dari Fraksi Partai PKS Abdul Muiz mendorong percepatan pembangunan Panti Sosial Rehabilitasi Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di Jawa Barat.

Hal tersebut mengemuka saat dirinya menerima audiensi dengan masyarakat peduli ODGJ.

Bacaan Lainnya

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Dinkes Jabar, Dinsos Jawa Barat, Rumah Sakit Jiwa bersepakat untuk meningkatkan koordinasi lintas pihak, mulai dari tingkat ke RT/RW, Desa, Puskesmas, Dinsos Kabupaten Kota, Dinkes dan aparat pemangku kepentingan.

“Ya perlu kerjasama dari semua pihak untuk peningkatan kepedulian dan penanganan terhadap ODGJ di Jabar yang diperkirakan mencapai sekitar 72.000 orang, “Jelas Abdul Muiz usai menerima audiensi pada Rabu (27/11).

Untuk itu, dirinya dalam hal ini Komisi V DPRD Jawa Barat mendorong langkah strategis diantaranya percepatan pembangunan Panti Sosial Rehabilitasi ODGJ di Jabar.

Tak hanya itu, dirinya juga mendorong implementasi Perda 05 tahun 2018 tentang kesehatan jiwa, yang salah klausulnya, setiap RSUD untuk menyediakan 10 tempat tidur untuk khusus pasien dgn gangguan kejiwaan.

“Kami jugamendorong berbagai pihak, terutama keluarga, masyarakat sekitar untuk memiliki kepedulian kepada pasien dgn ODGJ, jangan sampai dilingkungannya ada ODGJ yang dipasung, dikucilkan dan tidak mendapatkan pelayanan, pengobatan, penangan medis yang selayaknya. Saat ini Sudah dirintis Healt Crisis Center di RSJ Cisarua Lembang. “jelasnya.

Untuk itu pihaknya mengusulkan dua langkah guna menekan laju pertumbuhan jumlah ODGJ di Jabar. Menurut beberapa sumber konon jumlah orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) mencapai 9 juta lebih.

Perlu langkah cepat, dan yang perlu diantisipasi angka ODGJ terus meningkat, termasuk di usia remaja dan bahkan diusia anak. Penyebabnya beragam dari masalah keluarga, ekonomi, sosial dan tentunya lemahnya keimanan.

“Nah, ketika permasalahan menerpa, dan kondisi kejiwaan sedang lemah, tidak ada tempat curhat, jauh dari Allah, disaat itulah pintu awal permasalahan dan penyakit kejiwaan menjangkiti seseorang, “terangnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, yang miris adalah ketika hal itu mulai tanda-tanda itu gangguan kejiwaan terjadi, karena minimnya pengetahuan, maka yang bersangkutan dipasung, dikucilkan, sehingga menambah parah dan semakin sulit ditangani.

“Mari kita peduli kepada sesama, terutama yang dilingkungan sekitar kita. Kita selamatkan mereka, kita tolong mereka, kita katakan No untuk pemasungan, “tukasnya. (hnd/adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *