SAE Pisan, Kenalkan Produk Pertanian Lokal

Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi beserta Wakil Walikota Sukabumi Andri Hamami dan sejumlah pejabat di Kota Sukabumi saat menebar benih ikan di Sungai Cipelang.

KOTA SUKABUMI – Sebagai bentuk apresiasi kepada produk pertanian lokal dan mengenalkannya kepada masyarakat, Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Sukabumi menggelar Sukabumi Agro Expo (SAE) Produksi Inovasi, Sinergi dan Aksi Nyata (Pisan) 2019 di Gedung Widaria Kencana (GWK) Jalan Lingkar Selatan, Sabtu (16/11).

Acara yang berlangsung hingga Minggu (17/11) itu diisi dengan berbagai even menarik dan unik serta bisa menjadi alternatif mengisi liburan warga di akhir pekan.

Bacaan Lainnya

Mulai dari bazar produk pangan berkualitas, gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) dengan makan bakso ikan, gerakan minum susu, pembagian 2.500 bibit pohon gratis dan restocking 100 ribu ekor benih ikan. Selain itu dimeriahkan pula dengan Sukabumi Fish Festival dan Sukabumi Pet Show 2019 serta layanan pembuatan dokumen kependudukan satu NIK satu pohon dan perpustakaan keliling.

Kepala DKP3 Kota Sukabumi, Kardina Karsoedi mengatakan, kegiatan ini merupakan kali pertama dilakukan dan sudah menjadi agenda dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2015-2023. Di mana, kegiatan tersebut menjadi brand imaje baru yang nantinya ditunggu-tunggu masyarakat setiap tahun atau tepatnya setiap bulan November.

“Bagaimana, masyarakat khususnya pelaku pertanian bisa menghargai dirinya sendiri, selain pada budidaya maupun pasca panennya. Sehingga mereka (petani) bisa menunjukan apa yang sudah dilakukan,” ujar Kardina kepada awak media. “Kami hanya mendukung dan memfasilitasi kegiatan aksi nyata mereka,” sambungnya.

Tidak hanya itu, dalam kegiatan SAE Pisan ini, pihaknya melakukan sosialisasi gemar makan ikan serta menggelorakan Gerakan Konsumsi Pangan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) kepada para orang tua yang memiliki anak balita dan dibawah umur.

“Kita pun berkolaborasi dengan Disdukcapil untuk membagikan pohon gratis kepada masyarakat yang melakukan perekaman data kependudukan. Tujuannya untuk memberikan edukasi dan memanfaatkan lahan dipekarangan rumah warga,” akunya.

Sementara itu, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menambahkan berbagai even yang dilakukan merupakan kegiatan berbasis kolaborasi dan seluruh pihak diajak bukan hanya DKP3 melainkan milik bersama. Seluruhnya bisa terus melakukan perbaikan, konsolidasi dan kolaborasi serta proses sinergitas satu SKPD dengan lainnya bersama dengan elemen masyarakat lainnya.

Ketika berhubungan dengan ketahanan pangan kata Fahmi, salah satu misi wali kota dan wakilwali kota mewujudkan ekonomi daerah yang maju. Di mana bertumpu pada sektor perdagangan, ekonomi kreatif dan pariwisata melalui prinsip kemitraan dan dunia usaha, pendidikan dan daerah sekitarnya.

Dari misi ini mendapatkan turunan langsung dari Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 terkait pangan. Dalam ketentuan ini dinyatakan yang disebut ketahanan pangan harus diawali atau dimulai dari rumah tangga atau keluarga.

Intinya ketahanan pangan bukan tugas DKP3 saja karena berdasarkan amanat UU harus dimulai dari keluarga berbasiskan rumah tangga. Sehingga kenapa muncul kelompok wanita tani (KWT) menjadi tulang pungggung keberhasilan ketahanan pangan dari rumah tangga.

Hal ini mendukung tujuan Millennium Development Goals (MDGs), yang mengamanatkan ketahanan pangan minimal memberikan dampak perbaikan nutrisi dan ketersediaan pangan. Di sisi lain Sukabumi memiliki keterbatasan dari sisi lahan dalam rangka mewujudkan lumbung pangan dunia

Menurut Fahmi, ada tiga hal yang menjadi kunci dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan. Pertama lahan tersedia dipertahankan peruntukkanya dengan konservasi lahan, memperluas lahan baru jika memungkinkan dan terobosan melalui teknologi di era 4.0.

Oleh karenanya Sukabumi berkomitmen mempertahankan 321 hektare lahan pertanian pangan berkelanjutan dan masuk konservasi lahan. Di sisi lain mendorong produk lokal inovasi berbasiskan kreativitas lokal. ”Pemkot juga mulai kenalkan ke petani merubah mindset awalnya penjualan manual kini berbasiskan digital disiapkan ecommerce,” imbuh Fahmi.

Hal ini dalam peningkatan nilai ekonomis dari sisi produk yang dijual. Perubahan tersebut bisa mendongkrak penghasilan petani dan generasi muda tidak malu menjadi petani dan bergerak di bidang agrowisata dan agrokreatif. Fahmi menegaskan butuh kebersamaan dan kolaborasi karena masalah pangan bukan masalah sederhana. (why/*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *