EKSKLUSIF: Pengakuan Menyedihkan TKW Sukabumi di Irak

TKW Sukabumi di Irak

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Lina Pratiwi akhirnya mengungkapkan fakta yang mencengangkan. Pekerja migran wanita atau TKW asal Kampung Tangkolo, Desa Cibuntu, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi itu mengaku tidak menceritakan kondisinya sesungguhnya selama bekerja di Kota Dohuk, Irak.

“Saya tidak mau keluarga saya khawatir, jadi saya tidak ceritakan kondisi saya. Hari ini (17/10/2019) baru saya ceritakan ke keluarga. Karena saya tidak tahun, saya mau pulang ke Indonesia,” kata Lina lewat sambungan telpon kepada Radarsukabumi.com, Kamis (17/10/2019).

Bacaan Lainnya

Lina mengaku selalu menceritakan hal yang baik-baik saja kepada keluarga karena tidak ingin menyusahakn dan membuat khawatir keluarganya di Sukabumi. Selain itu dia tak ingin agen yang memberangkatkannya secara non prosedural menekan keluarganya.

“Saya takut agen (di Indonesia) menekan keluarga. Agen di sini juga mengintimidasi saya,” ungkap Lina.

Lina pun menceritakan kronologi bagaimana bisa dia sampai berada di Irak. Lina mengaku mendapat tawaran bekerja di luar negeri oleh agen dan sponsor yang salah seorangnya berdomisili di Sukabumi.

Dia dijanjikan bekerja di sebauh restoran di Kota Doha, Qatar dengan iming-iming gaji hingga Rp 10 juta per bulan. Setuju dengan tawaran tersebut, Lina pun dibawa ke Bekasi sebelum akhirnya diberangkatkan ke kota yang dijanjikan.

“Tapi ternyata tidak seperti yang dijanjikan. Saya malah diberangkatkan di Ebril. Awalnya sempat mengira Ebril itu di Arab Saudi, jadi tenang-tenang aja. Ternyata bukan. Saya tiba di Irak tanggal 12 Februari 2019,” ungkap Lina.

Sesampainya di Irak, Lina bertemu dengan Tuti warga Sukabumi dan kelima TKW dari Jawa Barat lainnya. Termasuk Septyani dan Rustia yang berasal dari Kabupaten Karawang.

Oleh agen yang menampung mereka di sana, ketujuh TKW tersebut tidak dipedulikan hak hidup dan lainnya. Hak hidup yang dimaksud seperti makanan, istirahat bahkan tidak mendapatkan upah.

“Handphone kami diambil. Gaji semuanya diambil. Hak hidup kami dirampas. Sehingga kami bertujuh memutuskan untuk kabur rencananya mau ke kedutaan Indonesia yang ada di sini, tapi karena tidak tahu, kami ke kantor polisi (Setempat),” ujar Lina.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *