Penanganan Fisioterapi Pada Kondisi Delayed Onset Muscle (Kelelahan otot)

Oleh : Eka Fatma Perdani Putri, S.Ftr
Fisioterapis RS Betha Medika

Manusia adalah makhluk hidup yang dinamis dan untuk menunjang kehidupannya manusia memerlukan aktivitas fisik. Aktifitas fisik yang sering dilakukan adalah olahraga, beberapa tahun terakhir olahraga sudah mulai menjadi gaya hidup bagi sebagian orang atau kelompa kalangan yang tidak pernah berolahraga meskipun mereka tau berolahraga sangat penting untuk menunjang aktifitas sehari-hari, contohnya pekerja.

Bacaan Lainnya

Pekerja karna terlalu sibuk dengan tugas pekerjaan sering kali lupa untuk berolahraga dan juga alasan pekerja enggan berolahraga adalah efek yang timbul setelah olahraga seperti nyeri pada otot, kelelahan dan lain sebagainya.

Dengan aktivitas fisik atau olahraga pasti akan menyebabkan banyak permasalahan pada tubuh seperti kekurangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan. Kelelahan itupun terjadi secara fisiologis akibat penggunaan secara terus menerus dengan durasi yang lama sehingga tubuh memberikan respon terhadap beban yang diberikan.

Permasalahan yang timbul akibat kelelahan adalah delayed onset muscle sorness dengan sensari rasa nyeri dan pegal-pegal pada bagian otot tertentu. Pada olahraga, delayed onset muscle sorness sering terjadi pada otot ekstremitas bawah seperti otot hamstring, tibialis anterior, gastrocnimeus dan quadriceps.

DOMS (delayed onset muscle sorness) sendiri merupakan suatu keadaan dimana adanya rasa nyeri juga ketidaknyamanan yang timbul pada otot, persarafan, dan system metabolisme sekitar 24 jam setelah latihan, mencapai puncaknya setelah 24 sampai 72 jam, dan efeknya akan berangsur menghilang setelah 5 sampai 7 hari (Pearcey et all, 2015).

Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan mikroskopis pada serat otot dikarenakan suatu latihan yang terus menerus dalam waktu yang lama. Latihan yang lebih sering menimbulkan DOMS adalah latihan dengan pola kontraksi eksentrik (otot harus menahan beban serta kontraksi dalam keadaan memanjang). Sehingga terjadi robekan mikroskopis karena kompensasi dari pembebanan yang ada (Sethi, 2012).

Dengan adanya DOMS maka seseorang akan megalami nyeri, keterbatasan gerak, ketegangan otot, penurunan proprioseptif, penurunan kekuatan dan juga meningkatkan resiko cedera. Permasalahan yang timbul akan dapat mengganggu saat akan mengawali latihan sesuai dengan program latihan yang telah dibuat.

Padahal saat menunda latihan atau bahkan memilih untuk tidak bergerak, secara tidak langsung dapat mengganggu aktifitas bagi seseorang dan menurunkan performa maksimal.

Oleh karena itu fisioterapi bertanggung jawab terhadap gangguan gerak dan fungsi yang diakibatkan oleh efek delayed onset muscle sorness. Fisioterapi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup baik masyarakat maupun individu.

Pada kondisi delayed onset muscle sorness dapat dikurangi efeknya dengan memberikan beberapa modalitas terapi seperti massage dan contrast bath pada otot yang rusak agar dapat meregenerasi dan melancarkan pembulih darah, dengan begitu rasa nyeri akan berkurang. Salah satu teknik massage yang belum banyak dikenal di Indonesia adalah teknik massage menggunakan foam roller massage.

Foam roller massage merupakan suatu alat yang digunakan untuk memijat otot secara aktif oleh orang itu sendiri, dengan cara menggerakkan foam roller massage pada saat itu juga pasien akan mendapatkan tekanan pada jaringan lunak seperti otot dari berat tubuhnya sendiri.

Kelebihan lain dari foam roller massage adalah dapat meningkatkan fleksibilitas dan juga lingkup gerak sendi secara bersamaan (Pearcey et all, 2015. Penggunaan foam roller setelah melakukan aktifitas berat digunakan selama 20 menit, setiap 1 menit penggunaan foam roller selama 45 detik dan 15 detik istirahat.

Foam roller digunakan setelah 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam setelah melakukan aktifitas berat. Berikut contoh penggunaan foam roller massage :

Contrast bath merupakan terapi jenis hydrotherapy yang mengkombinasikan suhu panas dan dingin. Penelitian yang dilakukan oleh Wilcock dkk (2008) menjelaskan bahwa pemberian terapi kontras akan mendorong sisa metabolisme yang dibersihkan oleh pertukaran darah dari permukaan sampai pada jaringan dalam.

Darah yang datang ke permukaan dialihkan ke jaringan yang lebih dalam sehingga menghambat efek dingin pada jaringan-jaringan lain. Efek dingin juga mengurangi kecepatan konduksi saraf pada jaringan permukaan dengan menghambat derajat tembakan gelondong otot yang bersifat aferen dan respon reflek tersebut mengurangi spasme otot dan nyeri. Berikut adalah contoh dan cara penggunaan modalitas contrast bath :

a) Siapkan peralatan dan bahan seperti air dingin dan air hangat sesuai suhu yang disebutkan disatas pada tempat yang berbeda.
b) Rendam bagian tubuh yang mengalami cedera pada air panas selama 2 menit
c) Pindahkan bagian tubuh yang mengalami cedera untuk direndam pada baskom yang berisi air dingin dan tahan selama 2 menit
d) Lakukan rendaman tersebut secara berselang-seling pada masing-masing baskom dan ulangi sebanyak 3 kali
e) Keringkan bagian tubuh setelah selesai melakukan teknik fisioterapi contrast bath tersebut.

Semoga bermanfaat, jangan lupa untuk share artikel ini kepada teman dan juga saudara yaa
Salam semakin sehat dari kami, Keluarga Besar RS Betha Medika

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *